All posts by Trianto Thomas

Mereflesikan Makna Tahun Baru 2021

Awal tahun 2020, bagi kita seakan bagaimana seorang petinju yang masih mengawali ronde pertama harus mendapatkan pukulan telak dari sang lawan sungguh sangat menyakitkan bahkan mampu mengkandaskan  keinginan untuk menjadi pemenang. Tahun yang sangat berat bagi kita semua dengan pandemi covid19 pada bulan Maret.  Semua sendi kehidupan kita berubah dengan drastic sebuah keadaan yang sama sekali tidak pernah kita inginkan dan pikirkan.

Kita semua yang beraktivitas dalam dunia pendidikan pun dipaksa untuk dengan cepat harus menghadapinya dengan berbagai tantangan yang belum pernah kita jalani. Seluruh pola interaksi dan aktivitas kehidupan belajr pun harus dan mau berubah jika kita tidak ingin membuang waktu yang kita miliki. Semua pikiran dan daya kreativitas kita dituntut untuk segera dikeluarkan dan direalisasikan dalam habitus baru. Pembelajaran, pertemanan, komunikasi dan semua aspek social kita harus difokuskan dan di jalankan secara daring/online, termasuk kita harus dipaksa untuk menjalankan social distancingphysical distancing.

Sebagai penyemangat ingatlah bahwa pandemi yang mulai kita kenal di 2020 ini, tidak hanya kita saja yang mengalami penderitaan, semua orang di segala penjuru dunia juga sama bahkan ada yang lebih daripada kita menderitanya. Mari kita menahan ego untuk menyelamatkan diri dan orang-orang sekitar kita.Jika kita salah satu di antara orang-orang yang kehilangan, maka ikhlaskan dan segera bangkit dari kesedihan.

Sebagai seorang pelajar, guru dan karyawan kita harus mampu melewati tahun 2020, saatnya kita menyambut tahun baru 2021. Tahun baru, semangat baru, dan harapan baru kita hadirkan agar tidak lagi terlarut dalam penyesalan. Optimisme di tahun yang baru ini perlu ditanamkan agar kita bisa berhasil di tahun yang akan datang. Jangan lagi menyalahkan keadaan, karena kini saatnya kita yang berdamai dengan keadaan.

Namun demikian, kehadiran pandemi covid-19 telah mengubah dan menghadirkan sesuatu yang lebih cepat dalam perubahan pola pembelajaran, para guru dan siswa dituntut untuk terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan mampu mengantisipasi setiap perubahan dengan terus berkreasi dan berinovasi dengan beragam platform, supaya pembelajaran daring tetap menarik dan mampu mengubah perilaku siswa

Mari kita semua secita-cita, pikiran, dan seperjuangan dalam menjalani dunia pembelajaran di tahun 2021 ini. Kita juga juga perlu mengupgrade pribadi lebih baik dari cara pandang sebelumnya. Bukan berarti kamu tidak menjadi diri sendiri, tetapi kamu bisa mengenali diri lebih baik dan mengurangi sifat yang kurang konstruktif dalam diri sendiri. Semoga hari-hari di tahun 2021 keadaan itu bisa ciptakan situasi yang menyenangkan dan bermakna, jadikan harapan itu sebagai jalan untuk meraih impian dan semoga bisa menjadikan tahun 2021 lebih bersahabat dengan situasi pandemic Covid-19 ini.

MASA ADVENT 2020

Adven diambil dari kata Latin Adventus yang artinya adalah Kedatangan. Dalam masa Adven umat Kristen Katolik Roma maupun Protestan menyiapkan diri untuk menyambut pesta Natal dan memperingati kelahiran dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya pada akhir zaman. Masa Adven pada tahun 2020 ini memiliki suasana yang lain daripada tahun-tahun yang lalu khususnya pada masa pandemic covid-19 ini.

Semua pranata kehidupan manusia dengan kehadiran Virus corona tipe baru (covid-19) berhasil meluluhlantahkan kehidupan. Negara yang dianggap sebagai institusi paling sistematis dalam mengurus kehidupan publik kalang kabut dihantam pandemi ini. Bahkan agama yang selalu menyediakan dirinya untuk menjawab segenap pertanyaan eksisteni manusia tak berkutik di hadapannya. Peradaban yang begitu mendewakan mobilitas, ambruk di bawah hukum social distancing sebagai resep primer melawan corona.

Bisa jadi wabah adalah reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektip terhadap alam. Dalam bahasa iman, wabah antara lain disebabkan oleh dosa ekologis. Wabah muncul karena manusia telah merusak tatanan dan harmoni alam. Perusakan alam itu membuat alam tidak seimbang lagi. Dan ini mempunyai akibat yang sangat luas dan beragam. Misalnya pemanasan bumi, perubahan iklim, polusi yang mengotori semua elemen alam di darat, di laut maupun di udara, dan munculnya berbagai penyakit baru. Ketidak seimbangan ala mini membuat tubuh manusia tidak seimbang pula. Imunitas melemah sehingga manusia menjadi rentan terhadap wabah. Seharusnya alam memiliki caranya sendiri untuk meredam wabah. Tetapi ketika nafsu, keserakahan, kesombongan manusia telah merusak alam, wabah tidak terbendung.

Mengenai keserakahan manusia ini Paus Fransiskus mengatakan: “Dengan keserakahannya, manusia mau menggantikan tempat Allah, dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan alam”. Kita semua terlibat di dalam dosa terhadap harmoni alam yang telah diciptakan Allah sebagai semua baik dan amat baik adanya. Itulah yang disebut sekali lagi: dosa ekologis. Wabah menurut pendapat ini adalah “isyarat alamiah, bahwa manusia telah mengingkari jati dirinya sebagai citra Allah yang bertugas untuk menjaga harmoni alam, bukan merusak alam”. Wabah menyadarkan bahwa manusia adalah ciptaan yang rapuh yang tidak mungkin bertahan jika alam ciptaan lainnya dihancurkan.

Masa advent tahun ini (2020), bersama Yohanes Pembaptis kita diajak “menyiapkan jalan bagi Tuhan”. Dengan menyiapkan diri bagi kehadiran Tuhan dalam natal-Nya, kita diajak untuk mendengarkan suara Tuhan. Menyiapkan jalan bagi Tuhan dalam masa adven ini menjadi wujud konkrit dan komitmen pertobatan ekologis membaharui diri dan lingkungan/alam ciptaan.

Pertobatan bukanlah hal yang mudah. Pertobatan pada dasarnya suatu kesediaan berubah (cara berpikir dan perbuatan) karena menanggapi perubahan demi tujuan yang lebih baik. Di samping itu, pertobatan juga perubahan karena menyadari dan mengakui akan kesalahan atau kekuranganya. Yohanes Pembaptis selalu mengajak orang mengarahkan diri dari cara hidup lama kepada Kerajaan Allah yang sudah mendekat (Mat. 3:5)

Marilah dalam masa Adven ini, kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan melalui kegiatan Katekese maupun Ibadat Keluarga, sehingga Natal-Nya menjadi berkat bagi kita, bagi semua yang berkehendak baik dalam menyelamatkan bumi kita.

(https://komkat-kwi.org/2020/11/26/katekese-adven-2020)

HARI GURU 2020

Rabu, 25 November 2020 selesai doa dan brifing di Aula, sekitar pukul 06.30 WIB para guru dan karyawan kedatangan perwakilan siswa yakni 5 pengurus OSIS. Mereka menyapa para guru dan karyawan sebagai bentuk apresiasi bahwa pada tanggal 25 November sebagai hari guru. Pak Beni selaku Pembina pengurus OSIS mempersilakan Bramantya selaku pembawa acara untuk memulai acara sederhana tersebut.

Pada kesempatan itu Grace selaku ketua pengurus OSIS mewakil para siswa memberikan apresiasi dan penghargaan yang luar biasa yang telah dibuktikan para guru dan karyawan dalam memberikan pelayanan yang terbaik selama para siswa beraktivitas di sekolah. Melalui bimbingan yang tak kenal lelah para guru telah memberikan dirinya untuk mengingatkan, mengarahkan dan memberikan pengalaman belajara sebagai modal untuk ebih siap menjalani kehidupan di waktu mendatang.

Acara dimulai dengan menayangkan nyanyian Hymne Guru yang dibawakan oleh semua pengurus OSIS dilanjutkan dengan tayangan foto dan video aktivitas para guru dan karyawan dengan puisi bertemakan hari guru. Setelah penayangan dilanjutkan dengan penyerahan tali asih sebagai ungkapan terima kasih atas pelayanan prima para guru dan karyawan selama ini.

Secara simbolis Grace selaku ketua pengurus OSIS menyerahkan secara simbolis kenangan I guru berupa buku dan masker kepada Sr. Dorothea SPM selaku kepala sekolah. Pada kesempatan itu kepala sekolah menegaskan bahwa pelayanan yang telah diberikan oleh para guru dan karyawan semata-mata sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka yang dengan sadar memberikan hidupnya pada dunia pendidikan. “Semoga dengan peringatan Hari Guru 2020 ini semangat  pengabdian para guru dan karyawan semakin bermutu” diakhir sambutan setelah menerima cindera mata dari pengurus OSIS.

Acara hari guru di Aula tersebut berakhir pukul 07.00 WIB, sebelumnya para perwakilan siswa undur diri untuk segera pulang untuk mengikuti PJJ. “Kesederhanaan yang bermakna…terlebih melihat tali asih yang diberikan sangat kondusif dengan situasi pandemik covid-19,” ungkap Pak Daryono sambil berjalan menuju ruang guru. Proficiat para guruku…semoga jasamu akan kami balas dengan kualitas diri kami sebagai manusia Indonesia yang bermutu.

12 November Hari Kesehatan Nasional

Sejarah itu terjadi pada era Presiden Soekarno, sekitar tahun 1950-an. Di mana terjadi wabah penyakit malaria yang paling banyak diderita oleh rakyat Indonesia dan ratusan ribu korban jiwa akibat terjangkit malaria.

Oleh sebab itu, pemerintah melakukan upaya pembasmian malaria di seluruh Tanah Air. Dengan membentuk Dinas Pembasmian Malaria pada tahun 1959. Kemudian pada bulan Januari 1963, namanya berubah menjadi Komando Operasi Pemberantasan Malaria (KOPEM). Pemerintah RI bekerja sama dengan WHO, dan USAID, merencanakan bahwa pada tahun 1970 malaria akan hilang dari bumi Indonesia.

Pembasmian malaria itu menggunakan insektisida Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) yang disemprotkan secara massal ke rumah-rumah warga di seluruh Jawa, Bali, dan Lampung. Presiden Soekarno melakukan penyemprotan secara simbolis pada tanggal 12 November 1959 di Desa Kalasan, Yogyakarta. Selanjutnya, kegiatan penyemprotan DDT juga dibarengi dengan kegiatan pendidikan kesehatan atau penyuluhan kepada masyarakat.

Lima tahun kemudian, sekitar 63 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari penyakit malaria. Keberhasilan pemerintah dalam membasmi malaria tersebut, kemudian diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN) pertama pada tanggal 12 November 1964. Hal itu kemudian menjadi titik awal kebersamaan seluruh komponen bangsa dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Tahun ini, Hari Kesehatan Nasional diperingati di tengah pandemi Covid-19 yang tak hanya melanda Indonesia, tetapi juga dunia. Oleh karena itu, Kemenkes mengangkat tema “Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat” dengan sub tema “Jaga Diri, Keluarga dan Masyarakat, Selamatkan Bangsa dari Pandemi Covid-19.” Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-56 sebagai momentum untuk menyatukan tekad dalam mewujudkan Indonesia semakin sehat dan semangat memperjuangkan ketahanan kesehatan Indonesia. Hari ini dijadikan sebagai pengingat publik, harus selalu bersama-sama menjaga kesehatan diri, keluarga dan masyarakat agar terhindar dari COVID-19. Pemerintah Pusat dan Daerah, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, praktisi dan media massa diharapkan dapat turut ambil bagian dalam peringatan HKN guna mendukung pembangunan kesehatan. HKN bertujuan agar masyarakat semakin mengerti arti penting perilaku dan lingkungan sehat serta mau melakukan gerakan hidup sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat umum dan fasilitas lainnya. Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat dan tenaga kesehatan, agar selalu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah keterpaparan COVID-19. Sekuat apapun upaya pemerintah tidak akan cukup apabila tidak didukung oleh masyarakat dengan mematuhi protokol kesehatan,” ujar Menkes Terawan.

( diambil dari https://tirto.id/sejarah-hari-kesehatan-nasional-2020)

Semangat Hari Pahlawan 10 November

Spirit  jiwa kepahlawanan, Bung Karno mengatakan “Negara yang besar adalah yang tidak melupakan jas merah,” artinya tidak akan melupakan sejarah suatu bangsa tersebutlah  . Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai pahlawannya sebab mereka telah mengorbankan hidupnya demi menjaga dan mempertahankan negara Indonesia.

Para pelajar sebagai generasi muda  jadilah pahlawan dengan meniru semangat juang para pahlawan kita yang telah gugur dengan berkontribusi terhadap perkembangan bangsa Indonesia sesuai dengan zamanya. Bangsa ini membutuhkan banyak pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai. Jadilah pahlawan dalam segala bidang kehidupan yang paling sederhana jadilah pahlawan setiap harinya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi diri sendiri dan keluarga dengan mencetak prestasi hingga akhirnya menjadi pahlawan bagi negeri ini.

Sebagai generasi muda, jangan menjadi seseorang yang justru melakukan tindakan yang merugikan negara tersebut. Jadilah bangsa yang pemberani dan tegas melawan segala ketidakjujuran demi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jangalah kita menjadi generasi muda yang bersikap apatis, bersikap acuh yang tingkat kepedulian terhadap sesama dan masalah dalam negeri sangat tipis. Padahal, tugas generasi muda memiliki tugas lainnya, memang bukan lagi melawan para penjajah, tetapi bertempur dengan segala ketertinggalan seperti kebodohan dan kemiskinan dalam negeri.

Di era dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, semakin membuat peran generasi muda sebagai agen perubahan kurang menonjol. Banyak yang menyalahgunakan teknologi digital ini dengan melakukan perbuatan yang sebetulnya tidak perlu. Perilaku konsumtif, aktivitas di dunia maya semakin membuat mereka terlena di dunia yang serba instan saat ini. Mari kita aberjuang untuk memiliki jiwa kepemimpinan yang harus selalu maju karena masa depan bangsa ada ditangan anak-anak muda. Penting untuk memiliki sikap kepemimpinan dengan kepekaan terhadap masalah sosial, lingkungan, dan politik sebagai representasi wajah baru bangsa Indonesia.

Peringatan Arwah Orang Beriman

Setiap tanggal 2 November, Gereja Katolik merayakan Hari Arwah untuk mengenang dan mempersembahkan doa bagi semua orang beriman yang telah meninggal. Gereja merayakan peringatan ini tepat sesudah Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November). Dengan mempersembahkan Kurban Ekaristi pada Hari Arwah, imam bersama umat mengharapkan agar semua orang beriman yang telah wafat disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Secara singkat, kita akan membahas latar belakang Gereja merayakan Hari Arwah

Bulan November kita kenal sebagai bulan untuk memperingati arwah orang-orang beriman. Kita mungkin pernah mendengar pertanyaan: “Mengapa sih kita mendoakan arwah saudara-saudari kita? Apakah ada dasarnya dalam Kitab Suci?” Gereja Katolik berusaha menjelaskan dengan dasar kitab suci tentang kebiasaan berdoa bagi mereka yang telah meninggal. Dasar kitab suci adalah : Kitab 2 Makabe 12:43-46, yang menyebutkan : “Kita yang percaya kebangkitan orang mati, maka perlu mendoakan mereka yang telah mati”. Kemudian dari 2 Kor 15:29 -“Kalau orang mati tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis demi orang-orang yang telah meninggal?”

Kita mendoakan mereka yang telah meninggal agar Allah memberi kerahiman kepada mereka. Paham bahwa orang mati dosa-dosanya masih mungkin diampuni berasal dari Sabda Yesus: “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak”. Kalau ada dosa yang tidak dapat diampuni di dunia ini atau di dunia yang akan datang, maka ada dosa yang masih dapat diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. Masalahnya: di mana dan bagaimana dosa itu diampuni? Gereja Katolik berpandangan bahwa ada kemungkinan selain orang masuk surga atau neraka; yakni: “Api Penyucian”.

Api Penyucian ialah suatu keadaan sementara di mana orang mati tidak masuk neraka, tapi mereka belum siap masuk surga karena masih punya banyak cacat-cela akibat dosa-dosanya. Ini artinya: meskipun dosa-dosanya sudah diampuni, tidak berarti semuanya beres. Masih ada akibat dosa atau hukuman yang masih perlu ditanggung si pendosa. Api Penyucian sifatnya sementara saja. Orang disiapkan di Api Penyucian, agar pantas bertemu dengan Tuhan di Surga. Orang dibebaskan dari dosa-dosa kecil yang belum diampuni, dan orang menjalani hukuman akibat dosa-dosanya di Api Penyucian. Proses di Api Penyucian menyakitkan, maka dilambangkan dengan “api”. Di sini orang dimurnikan seperti emas yang dimurnikan dalam api.

Salah satu jalan agar orang dapat terhindar dari Api Penyucian adalah dengan mendapatkan indulgensi. Indulgensi dapat diterapkan bagi orang-orang yang masih hidup di dunia ini dan juga yang masih berada di Api penyucian. Dengan indulgensi, orang-orang yang masih hidup di dunia ini dapat menghindari siksa dosa sementara (di Api Penyucian).