Setiap tanggal 2 November, Gereja Katolik merayakan Hari Arwah untuk mengenang dan mempersembahkan doa bagi semua orang beriman yang telah meninggal. Gereja merayakan peringatan ini tepat sesudah Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November). Dengan mempersembahkan Kurban Ekaristi pada Hari Arwah, imam bersama umat mengharapkan agar semua orang beriman yang telah wafat disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Secara singkat, kita akan membahas latar belakang Gereja merayakan Hari Arwah
Bulan November kita kenal sebagai bulan untuk memperingati arwah orang-orang beriman. Kita mungkin pernah mendengar pertanyaan: “Mengapa sih kita mendoakan arwah saudara-saudari kita? Apakah ada dasarnya dalam Kitab Suci?” Gereja Katolik berusaha menjelaskan dengan dasar kitab suci tentang kebiasaan berdoa bagi mereka yang telah meninggal. Dasar kitab suci adalah : Kitab 2 Makabe 12:43-46, yang menyebutkan : “Kita yang percaya kebangkitan orang mati, maka perlu mendoakan mereka yang telah mati”. Kemudian dari 2 Kor 15:29 -“Kalau orang mati tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis demi orang-orang yang telah meninggal?”
Kita mendoakan mereka yang telah meninggal agar Allah memberi kerahiman kepada mereka. Paham bahwa orang mati dosa-dosanya masih mungkin diampuni berasal dari Sabda Yesus: “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak”. Kalau ada dosa yang tidak dapat diampuni di dunia ini atau di dunia yang akan datang, maka ada dosa yang masih dapat diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. Masalahnya: di mana dan bagaimana dosa itu diampuni? Gereja Katolik berpandangan bahwa ada kemungkinan selain orang masuk surga atau neraka; yakni: “Api Penyucian”.
Api Penyucian ialah suatu keadaan sementara di mana orang mati tidak masuk neraka, tapi mereka belum siap masuk surga karena masih punya banyak cacat-cela akibat dosa-dosanya. Ini artinya: meskipun dosa-dosanya sudah diampuni, tidak berarti semuanya beres. Masih ada akibat dosa atau hukuman yang masih perlu ditanggung si pendosa. Api Penyucian sifatnya sementara saja. Orang disiapkan di Api Penyucian, agar pantas bertemu dengan Tuhan di Surga. Orang dibebaskan dari dosa-dosa kecil yang belum diampuni, dan orang menjalani hukuman akibat dosa-dosanya di Api Penyucian. Proses di Api Penyucian menyakitkan, maka dilambangkan dengan “api”. Di sini orang dimurnikan seperti emas yang dimurnikan dalam api.
Salah satu jalan agar orang dapat terhindar dari Api Penyucian adalah dengan mendapatkan indulgensi. Indulgensi dapat diterapkan bagi orang-orang yang masih hidup di dunia ini dan juga yang masih berada di Api penyucian. Dengan indulgensi, orang-orang yang masih hidup di dunia ini dapat menghindari siksa dosa sementara (di Api Penyucian).