Blog

Hari Pramuka 2021

Tepat hari Sabtu, 14 Agustus 2021 para pembina Gudep 04-27 SMPK Santa Maria II Malang mengucapkan selamat Hari Pramuka via video. Pada kesempatan itu juga para Pembina sepakat untuk memperjuangkan tema hari Pramuka yakni  “Berbakti Tanpa Henti”, salah satunya pada tahun pelajaran 2021-2022 ini aktivitas kepramukaan mulai dijalankan kembali dengan kemasan ektrakurikuler wajib bagi siswa kelas 8, hal ini juga berangkat dari evaluasi pelaksanaan PJJ semenjak Pandemi Covid-19. Dengan adanya ekstrakurikuler Pramuka di tahun pelajaran 2021-2022 ini, menurut Kak Trianto selaku koordinator pembina pramuka menegaskan bahwa  selain adik-adik di masa pandemi ini diberikan ruang untuk beraktivitas yang lebih humanis melalui aktivitas ekskul pramuka.

Kembali pada sejarah hari Pramuka, salah satu materi program ekskul pramuka juga mengajak adik-adik untuk mengetahui sejarah kepanduan Indonesia, termasuk peringatan 60 tahun hari Pramuka pada tahun ini. Hari Pramuka merupakan salah satu histori perjalanan Gerakan Pramuka di Indonesia. Kita semua ketahui bahwa Pembentukan Gerakan Pramuka Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Sedangkan Hari Pramuka yang diperingati tiap 14 Agustus ditetapkan berdasarkan hari pelantikan Ketua Majelis Pimpinan Nasional Gerakan Pramuka pada 14 Agustus 1961. Walaupun kita pahami juga Gerakan Pramuka secara resmi baru lahir pada 1961, namun gerakan kepanduanlah yang menjadi cikal bakal gerakan kepramukaan telah lama hadir, bahkan sebelum kemerdekaan. Pada kesempatan itu perayaan hari Pramuka itu juga para Pembina juga ingin memberikan kesempatan kepada adik-adik penggalang untuk sejenak beraktivitas dalam lomba-lomba yang juga dijadikan satu dengan perayaan hari Kemerdekaan negera tercinta. Semua itu dilakukan sebagai salah satu cara untuk mendekatkan spirit kepramukaa pada generasi pemilik bangsa ini.”Semoga semua kegiatan itu sekaligus ajang hiburan bagi adik-adik yang hampir dua tahun kegiatan pembelajarannya dilakukan secara daring/virtual” ungkap Kak Yosi sebagai koordinator kegiatan lomba lomba peringatan hari Pramuka dan hari Kemerdekaan tahun ini.

Jubilium 200 tahun SPM Amersfoort: Sejarah Kongregasi SPM

Julie Billiart hidup dalam periode sejarah tahun 1751-1816, dalam keadaan Revolusi Perancis. Ibu Julie Billiart dengan bantuan Pater Varin, SJ mendirikan Kongregasi Soeurs de Notre Dame (SND) dari Namen, Belgia di kota Amiens, Perancis Utara pada tanggal 2 Februari 1804. Kongregasi ini didirikan untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat di zaman itu.

Julie Billiart wafat pada tanggal 8 April 1816 dan digelari “Santa” pada tahun 1969 oleh Paus Paulus VI. Sepeninggal Julie Billiart, Mere St. Joseph Blin de Bourdon menjadi pemimpin kongregasi.

Pater Mathias Wolff, SJ adalah seorang imam Yesuit kelahiran Luxemburg. Ia telah mengenal Kongregasi SND dari Namen saat tinggal di Belgia. Pada tahun 1819, ia mengirim 7 aspiran Belanda ke Belgia, untuk menjalani pembinaan dan pendidikan dalam Kongregasi SND.

Tanggal pendirian ditetapkan pada 29 Juli 1822 di Muurhuizen, Amersfoort, dengan peraturan yang masih sangat sederhana. Kongregasi ini dinamai Soeurs de Notre Dame atau Zuster van Onze Lieve Vrouw, di Indonesia dikenal dengan nama Santa Perawan Maria.

Dipakai nama Santa Perawan Maria karena St. Julie Billiart dan P. Mathias Wolff memiliki devosi kuat pada Bunda Maria dan ingin para susternya menjadi gambaran Maria seutuhnya, tidak hanya satu atau dua keutamaannya. Kongregasi ini didirikan atas nama Lembaga Pendidikan Kristiani atau Pedagogie Chretienne.

Nama Pedagogie Chretienne dipakai untuk menghindari konflik politik dengan pihak pemerintahan yang kala itu memusuhi kaum biarawan. Kongregasi SPM terus berkembang dan membuka cabang di beberapa tempat. Namun, pada tahun 1831 Pater Mathias Wolff tidak diijinkan oleh Pimpinan Yesuit untuk terlibat dalam kepemimpinan SPM Amersfoort.

Kesulitan dan Salib
Situasi pemberontakan Belgia menimbulkan keresahan dan kerugian bagi kongregasi. Permasalahan di intern kongregasi juga menimbulkan ketegangan. Banyak calon dipulangkan dan sejak 2 Februari 1840 tidak ada suster yang memperpanjang kaul.

Pater Mathias Wolff mendengar krisis yang terjadi di Amersfoort. Setelah mendapat ijin dari Pimpinan SJ, ia kembali melibatkan diri dalam Kongregasi yang pernah didirikannya. Awalnya ia membantu menangani kesulitan di rumah-rumah cabang, yakni di Engelen, Nijmegen, dan Zevenbergen, yang tidak lagi menyatukan diri dengan Amersfoort. Mereka membentuk kongregasi sendiri bernama Yesus Maria Yosep (JMJ). Pada tanggal 1 Maret 1840 ditetapkan Engelen sebagai rumah induk mereka.

Keadaan terus memanas dan puncaknya, menjelang tahun 1840 hanya tinggal tiga suster  yang bertahan. Mereka adalah Sr. Brigitta Hans, Sr. Berchmans Kisters, dan Sr. Agnes Kisters. Dengan berbagai upaya dan menjadikan Allah sebagai kekuatan hidup, mereka bertiga pergi ke Namen, Belgia untuk mecocokkan Konstitusi/Peraturan Sucinya dengan yang asli sekaligus memperbaharui semangatnya.

Pada  tanggal 1 Februari 1841, Konstitusi yang sudah diperbaharui mendapat pengesahan oleh Gereja. Dengan ini Kongregasi SPM memperoleh kembali dasar yang kuat dan bangkit lagi dari keterpurukan. SPM mulai melebarkan karya ke negara-negara lain.
Pada tahun 1848, Keuskupan Jerman meminta para suster untuk membidani kelahiran sebuah kongregasi baru di Coesfeld. Tiga suster menanggapinya dengan membimbing dan meletakkan dasar semangat suster-suster SPM dalam diri para calon. Pada tahun 1855 didirikanlah Kongregasi SND Coesfeld, Jerman. Pada tahun 1934 mereka membuka cabang di Pekalongan, Indonesia.

Awal Misi di Indonesia

Pater Elias Wouters O.Carm melalui Pimpinan Ordo Karmel di Belanda meminta suster-suster SPM untuk berkarya di Indonesia, yaitu di Probolinggo dan stasi-stasi sekitarnya. 11 Oktober 1926 tujuh Suster SPM dari Amesfoort datang ke Indonesia sebagai pionir dan mulai berkarya di Probolinggo, Jawa Timur dipimpin oleh Moeder Oda Van Der Post. Tujuh suster pionir itu adalah: Moeder Oda v.d. Post, Sr, Arnolda, Suster Rosaria, Sr. Bernadetta, Sr. Agnesia, Sr. Emiliana, dan Sr. Vincenta.

(diambil dari https://www.komisikaryamisioner.org/2019/03/kongregasi-para-suster-santa-perawan.html)

Sosialisasi Progam Sekolah Tahun Pelajaran 2021-2022

Memasuki Tahun pelajaran 2021-2022 SMP Katolik Santa Maria II Malang mengagendakan sosialisasi program sekolah kepada para orang tua / wali siswa baik kelas VII, VIII, dan IX. Menurut Bapak Hendrik Kiswanto, selaku Koordinator Humas sekaligus koordinator pertemuan/sosialisasi program sekolah mengatakan walaupun situasi seperti ini kami pihak sekolah masih berkeinginan memberikan pelayanan kami yang terbaik terkait pemahaman program sekolah bagi para orang tua/wali siswa semua kelas.

Sosialisasi program sekolah dimulai dari kelas 7 tepatnya pada hari Jumat, 16 Juli 2021 sedangkan kelas 8 dan 9 dilaksanakan pada hari Sabtu 17 Juli yang sebelumnya diadakan webinar kesehatan yang disampaikan oleh dr. Eric Rahardi, Sp.PD dengan mengangkat tema Perilaku Sehat Di masa Pandemi, Vaksinasi dan Menghadapi Varian Baru. Para orangtua siswa kelas 7, 8 dan 9 sangat antusias dengan bukti banyaknya pertanyaan yang muncul sampai ada banyak pertanyaan yng belum sempat dijawab karena keterbatasan waktu. Setelah webinar kesehatan selesai para ortu kelas 7 dipersilakan meninggalkan ruang zoom sedangkan orangtua kelas 8 dan 9 langsung mengikuti sosialisasi program sekolah.

Sr. Dorothea SPM, M.Pd memeberikan sambutan sekaligus memaparkan program secara umum dilanjutkan penjelasan bidang kurikulum oleh Ibu Albertha selaku koordinator tim kurikulum. Pada pemaparan kurikulum beliau menekankan PJJ di masa pandemi dan permasalahan yang muncul dalam PJJ berkaca dari pengalaman PJJ tahun pelajaran yang lalu. Selain itu para orangtua juga mendapatkan informasi terkait bidang kesiswaan yang disampaikan oleh Bapak Joseph Andiek Kristian, S.Pd, S.Kom.

Selaku penanggung jawab sosialisasi/pertemuan orang tua siswa, sekaligus koordinator Humas, Pak Hendrik Kiswanto, S.Pd menegaskan bahwa tujuan yang ingin diraih adalah bagaimana pihak sekolah dan orang tua/wali siswa memiliki kesepahaman terkait program sekolah yang akan dijalani oleh siswa dan didukung oleh para orang tua/wali siswa. “Semoga ini awal yang baik jika dilihat dari persentase kehadiran para orang tua/wali siswa yang cukup tinggi,” beberapa wali kelas yang juga melakukan presensi.

Pada akhir sosialisasi nprogram sekolah tahun pelajaran 2021-2022 itu banyak para orangtua/wali siswa menanyakan perkembangan dan prediksi bagaimana kelangsungan pembelajaran di masa pandemi ini. Tentunya jawabannya juga harus sekolah ikuti instruksi dari dinas pendidikan dan kebijakan pemerintah khususnya dalam bidang pembelajaran. “Semoga situasi seperti ini segera berakhir dan anak-anak berkesempatan kembali untuk beraktivitas seperti yang dulu-dulu,” harapan salah satu orang tua siswa, amin ya Bu.

MPLS Panderman 2021 online “Aku tahu, Sadar, Siap, dan Laksanakan dengan Kasih”

Sabtu, 10 Juli 2021 para ortu mengambil seragam dan Buku Panduan MPLS sebagai salah satu langkah untuk mengkondisikan pelaksanaan MPLS mulai hari Senin 12 Juli sampai Rabu, 14 Juli 2021 kelas VII tahun pelajaran 2021-2022 masih seperti tahun lalu dengan kondisi pandemi Covid-19 maka MPLS dilaksanakan secara daring.

Menurut Bapak Trianto Th., S.Pd, selaku ketua MPLS mengharapkan“Semoga siswa kelas VII dapat memasuki dunia habitus pembelajaran yang baru, terlebih dengan situasi yang memaksa semua pihak untuk menyikapi pembelajaran jarak kauh (PJJ) dengan nyaman. Materi MPLS disampaiakan secara live dengan zoom dengan harapansiswa kelas VII dapat berinteraksi dengan pemateri sehingga ada komunikasi multi arah.

Pada hari pertama, Sr. Dorothea, SPM, M.Pd selaku kepala sekolah menyapa dan memberikan arahan kepada para siswa melalui zoom terkait dengan kegiatan MPLS sekaligus menyampaikan Visi Misi Sekolah. Materi Wawasan Wiyata Mandala, Kurikulum, Kesiswaan, Tatibsi, Cara Belajar, Pengenalan Lingkungan Sekolah, Sarana Prasarana, Religiusitas dan Adiwiyata diharapkan semakin memberikan gambaran nyata suasana dan aktivitas sekolah.

Pada MPLS tahun ini panitia lebih banyak memberikan porsi pertemuan antara siswa dan wali kelas dengan harapan selama tiga hari itu terjadi pengenalan dan keakraban sebagai relasi kekeluargaan. Materi MPLS setiap hari dimulai dari pukul 07.30 WIB sampai 11.00 WIB. Menurut salah satu siswa kelas VII yang sering dipanggil Kiara, ia merasa nyaman dan senang walaupun hanya bertemu dan beraktivitas secara virtual. “Kami sangat senang dan antusias untuk segera belajar dengan suasana dan teman-teman yang baru,” harapannya diakhir wawancara.

Pada penutupan MPLS tahun pelajaran 2021-2022, Sr. M. Dorothea SPM, M.Pd. berharap, “Semoga para siswa memiliki pemahaman serta merasa bangga dan senang terhadap sekolah baru mereka.  Masih menurut beliau yang terpenting dengan MPLS ini semua siswa memiliki gambaran nyata bagaimana mereka nanti akan beraktivitas khususnya saat menjalani  PJJ dengan penuh suka cita. Salah satu wali kelas 7 berharap dengan materi dan metode yang langsung bertemu dengan siswa, kita makin bisa membangun relasi sebagai keluarga dengan demikian proses pembelajaran akan semakin mudah kita jalani.

29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas).

Pada peringatan Harganas ke-28, BKKBN mengangkat tema “Kaluarga Keren Cegah Stunting. Peristiwa ini menjadi momen untuk merefleksikan pentingnya institusi terkecil dalam suatu masyarakat, yaitu keluarga. Suatu bangsa, suatu negara, atau masyarakat luas tidak akan memiliki populasi yang produktif jika para keluarganya tidak berkualitas.

Keluarga akan melahirkan generasi penerus bangsa, mengingat bahwa generasi tersebut sebagai pewaris bangasa Indonesia karena itu, mereka harus tumbuh dalam keadaan sehat, cerdas, kreatif, dan produktif. Selain aspek jasmani, anak-anak juga harus dibekali dengan pendidikan yang berkualitas sebagai modal pembangunan bangsa.

Mari kita lihat sejarah mengapa kita memperingati hari keluarga nasional?

Pada zaman revolusi kemerdekaan banyak masyarakat yang terpisah dengan keluarga karena dipanggil ke medan perang saat itu. Kemudian, pada 22 Juni 1949, Belanda akhirnya menyerahkan kedaulatan bangsa Indonesia secara utuh. Perang berakhir dan para pejuang mulai kembali kepada keluarganya. Peristiwa kembalinya para pejuang untuk berkumpul kembali dengan keluarganya tercatat pada satu minggu setelah kedaulatan Indonesia diberikan, yaitu 29 Juni 1949.

Selain peristiwa tersebut, tanggal 29 Juni juga bertepatan dengan momen dimulainya gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional atau hari kebangkitan keluarga Indonesia. Saat ini ketetapan mengenai Harganas tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 39 Tahun 2014 yang dirilis di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam Kepres tersebut disebutkan bahwa meskipun disebut sebagai hari nasional, Harganas bukan merupakan hari libur.

Demikian sekilas sejarah dan semangat yang melatarbelakangi hari keluarga nasional, semoga dalam setiap perayaan Harganas kita semakin disadarakan bahwa keberhasilan bangsa Indonesia untuk meraih cita-cita bangsa maka keluarga harus memiliki kualitas yang handal. Terlebih pada pada tahun ini sesuai tema kita diajak untuk semakin menyadari bagaimana generasi kita harus terbebas dari stunting yakni masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

PELATIHAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOLABORATIF

Pada hari Senin, 21 Juni 2021 di ruang komputer semua guru mendapatkan pelatihan terkait dengan pembelajaran kolaboratif antar pelajaran yang dibimbing oleh DR. Ninik Kristiani, M.Pd. Menurut Sr. Dorothea, SPM, M.Pd pada pembukaan pelatihan tersebut, beliau mengajak para guru untuk mulai mempersiapkan pembelajaran kolaboratif, karena pembelajaran tersebut memiliki teori interaksional yang memandang suatu belajar sebagai suatu proses membangun makna melalui suatu interaksi sosial.Metode kollaboratif dalam proses pembelajaran lebih menekankan membangun siswa dari psoses sosial yang bertumpu pada kontek belajar. Dikatakan demikian karena pada proses pembelajaran kollaboratif terjadi suatu persitiwa sosial dimana di dalamnya terdapat dinamika kelompok.

Palatihan mendesain pembelajaran kolaboratif dimulai dengan mengembangkan kata kunci dari 7 semangat pelajar Pancasila dan mengembangkan kembali menjadi tema-tema yang akan di padukan dengan mata pelajaran yang memiliki hubungan tema dengan kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Setelah itu direkapitulasi mata pelajaran yang bisa bergabung untuk mulai mempersiapkan silabus, RPP dan buku ajar sesuai dengan mata pelajaran yang berkolaborasi.

Berdasarkan itu maka para guru yang sudah mendapatkan teman mata pelajaran untuk kolaboratif langsung berdiskusi untuk membuat silabus, RPP dan buku ajar. Pada akhir pelatihan Ibu Ninik berkesempatan membahas salah satu hasil pekerjaan para guru yang berkolaborasi. Dari pembahasan tersebut semakin jelas langkah kerja dalam mempersiapakan pembelajaran kolaboratif.

Pada akhir pelatihan narasumber memberikan peneguhan bahwa pembelajaran kolaboratif akan bisa dijalankan dengan baik jika setiap mata pelajaran yang sudah terdata sebagai pembelajaran kolaborasi bisa mempersiapkan semua komponen yang harus ada sebelum pembelajaran kolaborasi tersebut dilaksanakan.

Semoga pembelajaran kolaboratif di SMPK Santa Maria II pada tahun pelajaran 2021-2022 bisa direalisasikan walauapun dengan perjuangan ekstra dalam mempersiapakan semua alat pembelajaran kolaboratif tersebut. Sekitar pukul 16.15 WIB para guru pun mulai meninggalkan ruang komputer untuk pulang ke rumah masing-masing.