Pada peringatan Harganas ke-28, BKKBN mengangkat tema “Kaluarga Keren Cegah Stunting. Peristiwa ini menjadi momen untuk merefleksikan pentingnya institusi terkecil dalam suatu masyarakat, yaitu keluarga. Suatu bangsa, suatu negara, atau masyarakat luas tidak akan memiliki populasi yang produktif jika para keluarganya tidak berkualitas.
Keluarga akan melahirkan generasi penerus bangsa, mengingat bahwa generasi tersebut sebagai pewaris bangasa Indonesia karena itu, mereka harus tumbuh dalam keadaan sehat, cerdas, kreatif, dan produktif. Selain aspek jasmani, anak-anak juga harus dibekali dengan pendidikan yang berkualitas sebagai modal pembangunan bangsa.
Mari kita lihat sejarah mengapa kita memperingati hari keluarga nasional?
Pada zaman revolusi kemerdekaan banyak masyarakat yang terpisah dengan keluarga karena dipanggil ke medan perang saat itu. Kemudian, pada 22 Juni 1949, Belanda akhirnya menyerahkan kedaulatan bangsa Indonesia secara utuh. Perang berakhir dan para pejuang mulai kembali kepada keluarganya. Peristiwa kembalinya para pejuang untuk berkumpul kembali dengan keluarganya tercatat pada satu minggu setelah kedaulatan Indonesia diberikan, yaitu 29 Juni 1949.
Selain peristiwa tersebut, tanggal 29 Juni juga bertepatan dengan momen dimulainya gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional atau hari kebangkitan keluarga Indonesia. Saat ini ketetapan mengenai Harganas tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 39 Tahun 2014 yang dirilis di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam Kepres tersebut disebutkan bahwa meskipun disebut sebagai hari nasional, Harganas bukan merupakan hari libur.
Demikian sekilas sejarah dan semangat yang melatarbelakangi hari keluarga nasional, semoga dalam setiap perayaan Harganas kita semakin disadarakan bahwa keberhasilan bangsa Indonesia untuk meraih cita-cita bangsa maka keluarga harus memiliki kualitas yang handal. Terlebih pada pada tahun ini sesuai tema kita diajak untuk semakin menyadari bagaimana generasi kita harus terbebas dari stunting yakni masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.