Kini telah banyak beredar tantangan atau permainan yang aneh di dunia maya, tantangan tersebut kebanyakan tidak memiliki dan memberikan manfaat positif untuk mereka yang melakukannya, bahkan ada juga yang dapat membahayakan kesehatan. beberapa video yang menampakkan para pelajar tersebut tengah melakukan tantangan ini dan menjadi viral di media sosial.
Fenomena mencari identitas diri seperti itu di dunia remaja, menurut psikolog Tika Bisono, wajar saja. Dunia remaja pada usia 13-19 tahun memang anormatis, anomali, atau tidak lazim. “Mereka selalu mencari sesuatu yang baru. Sedang proses mencoba dan sedang dalam proses pembelajaran,” ujar Tika. Karena itulah, Tika mewanti-wanti pada para orang tua, guru, dan para ahli lainnya, agar terus memberikan pengawasan tanpa henti. “Harus melekat, karena masa remaja itu adalah proses peralihan, dari anak-anak menuju dewasa. Proses peralihan itu harus diawasi dari ujung sampai akhir. Jangan pernah absen,” katanya lagi serius.
Sukiman selaku Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud mengatakan jika permainan skip challenge atau yang disebut juga pass out challenge adalah tantangan yang berbahaya. ”Sekolah tidak harus menunggu imbauan, karena sekolah tahu mana yang bahaya mana yang tidak. Tapi prinsipnya ini jangan dilakukan,” kata Sukiman, saat dihubungi, Jumat (10/3).”Kita segera koordinasilah dengan sekolah. Saya sedang mempelajari, karena masih baru. Anak -anak memang aneh saja kelakuannya. Tapi harus ada pengawasan dari berbagai pihak,” kata dia.
Permainan skip challenge ini dilakukan dengan cara menekan dada sekeras – kerasnya hingga beberapa menit dan membuat pelakunya kejang – kejang dan pingsan. Namun beberapa waktu kemudian korban akan kembali pulih dan sadar. Beberapa postingan di media sosial mengatakan jika permainan skip challenge itu memiliki dampak yang fatal terhadap kesehatan, seperti yang disebutkan oleh SENKOM Mitra Polri Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Dari postingan itu ditulis bahwa tanpa mereka sadari, sebenarnya ketika mereka pingsan hal itu dikarenakan asupan oksigen ke otak tengah terhenti beberapa saar. Dan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel – sel otak. Yang tentunya dapat berakibat fatal, seperti kerusakan otak atau bahkan kelumpuhan.
Bahkan Menkes Nila Moeloek, mengatakan jika menurutnya skip challenge ini berbahaya. “Aduh aduh. Jangan dong. Kalau ada penekanan seperti itu nanti ada pendarahan, apa saya kira, saya baru dengar itu gamenya. Nanti saya cari. Nggak bisa itu. Itu bisa menyakiti diri sendiri,” ucapnya ketika berada di Kantor Kepresidenan setelah melaksanakan rapat terbatas pada Kamis (9/3). Ia pun memberi pesan agar tidak melakukan skip challenge tersebut “Ya pastilah, bisa saja kamu tekan dada kamu sama aja kayak orang ketabrak. Keteken dadanya, patah tulangnya, ketusuk nanti paru-parunya. Segala macam,” tambahnya.
“Sebenarnya problem dari dia bisa pingsan karena pada saat dinding dada ditekan, otomatis tidak ada udara yang masuk ke paru dan tidak ada pertukaran udara, juga oksigen tidak akan masuk ke dalam pembuluh darah,” ujar Wishnu Pramudito DP SpB, dari Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dikutip dari liputan6.com.
Banyak orang yang melakukan tantangan ini tidak menyadari jika ada bahaya dari hal yang mereka lakukan itu. Tantangan skip challenge ini telah di ketahui membuat seseorang pingsan, di karenakan kurangnya oksigen ke otak. Selain itu efek lain dari skip challenge ini adalah para pelajar dapat merasakan kecanduan, hingga mereka ingin melakukannya lagi dan lagi tanpa sadar ada dampak yang fatal. Dihimbau kepada seluruh orang tua untuk tetap berhati – hati serta memberikan pengertian agar anak – anak tidak menjadi korban dari tantangan yang berakibat fatal ini.
(disarikan dari beberapa sumber)