MAKNA RABU ABU

Rabu, 1 Maret 2017 adalah hari pertama puasa umat Katolik atau yang lebih dikenal dengan sebutan Rabu Abu. Secara harfiah Rabu Abu adalah pemberian tanda di dahi umat Katolik. abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal atau tobat. Rabu Abu juga menjadi tanda dimulainya awal Pra-Paskah, periode pertobatan dan refleksi selama 40 hari untuk memperingati pencobaan dan pergumulan yang dihadapi Yesus selama periode yang sama di padang pasir.
Penggunaan abu juga sebenarnya telah disinggung sendiri oleh Yesus. “Seandainya mukjizat -mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu.” (Mat 11:21). Pada zaman sekarang ini umat Katolik menggunakan abu yang berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Malam Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar.
Pada hari Rabu Abu tersebut juga umat Katolik yang sudah berusia 18 hingga 60 tahun dan dalam keadaan sehat diwajibkan berpuasa selama satu hari, mereka hanya dibolehkan makan sekali dalam sehari. Puasa tersebut bertujuan agar umat Katolik bisa memperbaiki diri dan merenungi apa yang telah ia lakukan selama hidupnya dan mencoba dengan sungguh-sungguh untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Pada masa puasa dan pantang ini, umat Katolik tidak hanya dituntut untuk berpuasa dan berpantang, namun juga menjadi lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Adalah memprihatinkan jika kita hanya menjadi baik pada masa puasa dan pantang, dan kembali berbuat tercela atau jatuh ke dalam pencobaan seusai ritual suci tersebut. Memikul beban salib Kristus sendiri tidak hanya wajib dilakukan pada masa puasa dan pantang, akan tetapi juga harus dilakukan sepanjang hidup kita sebagai umat Nasrani. Sebagai umat Katolik kita dituntut untuk selalu berjuang bagaimana kehidupan kita semakin memiliki kualitas lebih baik dari hari ke hari.
Harus dipahami bahwa hidup itu adalah perjuangan. Dan di dalam berjuang mengarungi kehidupan ini, kita harus menghadapi berbagai pencobaan yang tidak kecil dan tidak sedikit. Oleh karena itu, kita sebagai umat Nasrani, terlebih umat Katolik, dituntut untuk selalu berusaha, berjuang dan beriman meski berbagai cobaan hidup datang mendera. Dengan berjuang di dalam kuasa nama Nya, niscaya tidak ada masalah yang tidak dapat dihadapi. Karena Tuhan tidak pernah memberikan cobaan kepada umat Nya yang lebih berat dari yang umat Nya mampu hadapi.
Marilah kita sebagai pelajar pada usia remaja ini terus untuk selalu berbenah diri khususnya dalam penyadaran sebagai orang yang beriman. Kita konkritkan semua itu sesuai dengan kewjiban dan tanggung jawab yang melekat pada diri kita saat ini yakni sebagai pelajar dan anak dari sebuah keluarga, dengan demikian kita akan mampu mengaktualisasi makna perjuangan dalam mengawali masa pra paskah di tahun ini yang mengangkat tema Keluarga Berwawasan Ekologis. Tema ini sangata dekat dengan diri kita , bagaimana pada usia remaja ini kita juga memiliki peranan dalam memperjuangkan lingkungan yang bermanfaat baik bagi alamsendiri maupun bagi sesama. Semoga dengan kehadiran dan peranan kita sebagai remaja Katolik semakin bis mewarnai dinamikan kehidupan ini, tentunya dengan harapan alam yang telah disediakan oleh Allah Bapa ini bisa kita rawat bahkan kita kembangkan untuk nilai-nilai kemanusiaan yang lebih universal. Akhir kata mari kita perjuangkan semangat membangun lingkungan ramah bermakna dengan wawasan ekologis.