Sebagai program sinergis antara komite sekolah SMPK Santa Maria II yang popular disebut P4 dengan program kesiswaan pada hari Kamis, 1 Januari 2018 mengajak para siswa kelas VIII melakukan studi wisata ke Monumen Jalesveva Jayamahe Suramadu. Sebelumnya tujuan yang diinginkan adalah ke Jawa Pos tetapi karena dengan jumlah peserta sekitar 197 terlalu banyak dan hanya mampu dilayani separo dari jumlah siswa maka tim kesiswaan dan P4 bergerak cepat mencari pengganti objek sudi wisata tersebut.
Sekitar pukul 06.00 WIB semua siswa kelas VIII telah berkumpul di lapangan dengan mendengarkan berbagai informasi teknis yang dilanjutkan dengan pengatar dari kepala sekolah. Pada kesempatan itu Sr. Dorothea, SPM menekankan agar para siswa kelas VIII mampu menjadi pengunjung yang tertib dan santun sebagai wujud membawa nama baik lembaga sekolah yang melekat pada diri mereka. Sebelum rombongan berangkat diawali dengan doa pembukaan. Setelah itu Bapak Trianto memandu keberangkatan dengan mengarahkan para siswa untuk berkelompok sesuai dengan pembagian siswa di setiap bus.
Setelah 4 bus terisi dengan lengkap sesuai dengan data yang ada sekitar pukul 07.00 WIB rombongan meninggalkan sekolah untuk melakukan perjalanan ke Surabaya. Rombongan tiba di Markas Armada Timur Surabaya sekitar pukul 09.30 WIB. Kami disambut oleh 4 petugas dari Monjaya sekalius bertindak sebagai pemandu rombongan. Kamipun akhirnya mulai masuk di kawasan Angkatan Laut Armada Timur dengan diperkenalkan letak geografis serta dijelaskan beberapa kapal perang yang sedang bersandar di sekitar jalan menuju Monjaya.
Perjalanan disekitar Armada Kawasan Timur pun berakhir di halaman Monumen Monjaya, rombongan langsung diarahkan untuk masuk ruang dasar dari Monjaya untuk mendapatkan pengarahan dan informasi sejarah Monumen Jalasveva Jayamahe. Dengan penuh antusias para siswa termasuk para guru dan perwakilan P4 tekun mendengarkan pemaparan dari petugas Monjaya.
Monjaya, yang bentuk patungnya mengingatkan akan model patung liberti ini, berada di pintu gerbang Armatim di daerah Perak, ujung Surabaya. Sejatinya monumen ini adalah sebuah mercu suar. Pembuat monumen ini adalah orang yang sama pematung Garuda Wisnu Kencana, Bali, Nyoman Nuarta. Bentuk patung Monjaya adalah serupa potret seorang prajurit TNI yang memakai seragam lengkap sedang menatap ke laut. Patung setinggi 31 meter ini berdiri diatas sebuah gedung yang juga tinggi, 29 meter. Proyek bangunan yang digarap selama kurang lebih 6 tahun ini diresmikan oleh Ir. Soeharto yang saat itu masih berpangkat presiden. Sebelum diberi kesempatan untuk naik ke atas menara, kami disuguhi putaran film dokumentasi dan aksi heroik prajurit TNI Angkatan Laut Republik Indonesia. Siapa saja bakal tergugah rasa nasionalismenya saat melihat ini semua. Pelajaran berharga untuk para siswa.
Monumen Jalesveva Jayamahe menggambarkan seorang Perwira Menengah TNI AL berpakaian lengkap tenue PDU-I menatap ke arah laut sebagai wakil generasi penerus dengan penuh keyakinan dan kesungguhan siap menerjang ombak dan menempuh badai menuju arah cita-cita bangsa Indonesia. Patung dengan tinggi 31 meter tersebut berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter. Pada bagian dinding dibuat diorama sejarah kepahlawanan para pejuang bahari/TNI Angkatan laut sejak jaman sebelum revolusi fisik sampai dengan tahun 1990-an. Selain itu, Monjaya juga berfungsi sebagai mercusuar pemandu bagi kapal – kapal yang melintas di laut sekitarnya.
Jalesveva Jayamahe atau yang seringkali diterjemahkan : “Di Lautan Kita Jaya” adalah Motto atau seruan TNI Angkatan Laut Indonesia. Setelah pemaparan sekitar Monumen Jalesveva Jayamahe berakhir para siswa diizinkan untuk menikmati pemandangan laut Jawa dan kota Surabaya dari puncak dasar Monjaya dengan naik tangga sekitar. Tak lupa setelah menikmati pemandangan dari puncak dasar Monjaya para siswa foto bersama per kelas didampingi langsung dengan para wali kelas, termasuk para wali kelas, guru pendamping dan pengurus P4 juga foto bersama.
Sebagai objek terakhir di kawasan Markas Armada Kawasan Timur tersebut kami diberikan kesempatan untuk langsung meninjau KRI Arun. Di sana dengan antusias para siswa termasuk bapak ibu guru dan pengurus P4 yang turut pada studi wisata pada hari Kamis tersebut memasuki beberapa ruangan/bagian yang ada di KRI Arun. Setelah dirasa cukup mengenal lebih dekat dengan KRI Arun, rombongan melanjutkan makan siang masih dikompleks Markas Armada Timur. Saat makan siang tersebut para siswa memanfaatkan untuk ganti seragam dengan pakaian bebas.
Setelah semua kegiatan di Markas Armada Kawasan Timur berakhir, kami melanjutkan perjalanan yakni mengenal jembatan Suramadu. Seperti yang sudah kita ketauhui bahwa jembatan Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).
Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Provinsi Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah.
Kami meninggalkan Surabaya kembali ke Malang sekitar pukul 17.30 WIB setelah mendapatkan bekal konsumsi untuk makan malam. Semua siswa terlihat bisa menikmati acara studi wisata, berbagai pengalaman dapat mereka dapatkan baik selama perjalanan maupun saat berada di masing-masing objek kunjungan. Sekitar pukul 20.15 WIB rombongan peserta sudi wisata kelas VIII tiba di sekolah dengan selamat. “Semoga pengalaman hari ini benar-benar semakin memperkaya wawasan para siswa untuk mengenal Monjaya dan jembatan Suramadu untuk meningkatkan kualitas serta kebanggaan mereka pada dua monumen sejarah yang dimilikinya”, demikian tanggapan Bapak Fidelis Suhadi selaku koordinator kegiatan tersebut.
(sudah ditambahkan dari beberapa sumber)