Sebagai langkah awal untuk mulai menerapkan Full Day School tahun pelajaran mendatang 2017-2018, SMPK Santa Maria II Malang mengadakan seminar Full Day School pada hari Senin, 6 Maret 2017 di Aula SMPK Santa Maria II mulai pukul 12.00 WIB bersama narasumber sekaligus anggota tim penggagas Full Day School yakni Profesor Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Seminar itu selain diikuti semua guru SMPK Santa Maria II juga melibatkan perwakilan dari sekolah lain di antaranya SMAK Santa Maria, SMPK Santa Maria I, SDK Santa Maria I dan III dengan jumlah 65 peserta.
Seminar di mulai pukul 13.15 WIB dengan doa pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya serta sambutan dari kepala SMPK Santa Maria II Sr. M. Dorothea, SPM. Pada sambutannya mantan kepala SMPK Mater Dei Pamulang tersebut berharap melalu pemaparan narasumber para peserta seminar yang mengangkat tema Pencerahan Implementasi Full Day School dan Pendidikan Karakter tersebut semakin memahami secara mendalam bagaimana jika FDS diterapkan di masing-masing unit karya baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA.
Menurut narasumber, gagasan FDS merupakan bentuk jawaban dengan fenomena dunia pendidikan yang malah menunjukkan maraknya perilaku yang bertentangan dengan karakter yang konstruktif dengan periatiwa tawuran remaja, gang motor, bullying, perbuatan kriminal yang melibatkan para pelajar. Sekolah adalah pihak yang tergugat dari fenomena yang improduktif tersebut. Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sebenarnya telah mengawali aktivitas pembentukan karakter melalui taman siswa, dengan penegasan makna pendidikan yakni sebuah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak, semua menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.
Pembentukan karakter peserta didik akan efektif jika melalui jalur strategi yang tepat, melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan, sepanjang waktu peserta didik tinggal di sekolah, dan adanya keterlibatan keluarga yang harmonis dan berkarakter. Pendidikan karakter perlu disiapkan perangkat pendidikan karakter dan pendidik serta tenaga kependidikan. Pada akhirnya semua perangkat itu akan mampu menjadikan peserta didik sebgai subjek pendidikan karakter dan selalu dilakukan evaluasi serta monitoring pelaksanaan pembentukan karakter tersebut. Adapun operasionalisasi tahapan pendidikan karakter adalah dengan merumuskan, menyiapkan perangkat material pendidikan karakter, menyiapkan pendidik dan tenaga kependidikan, serta melaksanakan pendidikan karakter.
Model pendidikan karakter dapat dilihat dari semua aktivitas yang melekat pada diri siswa contohnya religious, kedisiplinan, kreatif, demokratif, menghargai prestasi, social, tanggung jawab dan lain-lain. Menurut narasumber pembentukan nilai karakter ternyata efektif dengan FDS. Selain itu beliau juga menegaskan bahwa lama pembelajaran tidak serta merta mendukung prestasi belajar, keberhasilan belajar siswa tergantung strategi belajar siswa, lama belajar akan mengingkatkna prestasi belajar bilamana diikuti dengan strategi belajar yang efektif, bagaimana mengurangi rasa bosan dengan lamanya belajar, serta apakah menjadikan burukkaj kecerdasan/hubungan social anak didik dengan full day school?
Dalam menerapkan full day school harus diciptakan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan maksudnya bahwa pembelajaran harus berbasis aktivitas siswa secara berkelompok dengan model-model pembelajaran yang kreatif dari para guru. Suasana sekolah yang penuh kehangatan, disana haris ada pembelajaran dan pengasuhan, pertemanan, persaudaraan, kekeluargaan sehingga akan menentramkan hati siswa walaupun berada di sekolah. Guru memiliki multi peran, baik sebagai fasilitator, teman maupun menjadi orang tua yang dekat dengan siswa. Lingkungan fisik yang menyenangkan baik secara ekologis mapun sarana prasarana yang memadai serta peranan orang tua harus selalu hadir dalam diri siswa dan mengikuti pemantau fisik serta parenting pendidikan karakter anak.
Full day school menuntut manajemen yang memiliki sistematika yang jelas dan tegas. Adapun model menajemen FDS di antaranya model integrasi, yakni pembelajaran diberi tambahan alokasi waktu 07.00 -13.00 sehingga ada kesempatan untuk praktik dan menginternalisasi nilai-nilai karakter diri. Model blok siang hari adalah alokasi waktu sesuai dengan kurnas 07.00 -13.00, sedangkan proses internalisasi nilai-nilai karakter dilaksanakan pada siang hari sampai sore 13.00 -16.00. Model blok pagi dan siang adalah pembelajaran kurnas berada ditengah antara pagi hari 06.40 – 08.00 dan siang hari 14.00 – 16.00. Model terakhir adalah model blok pagi dan siang berkesinambungan maksudnya pembelajaran kurnas dilaksanakan pukul 08.00 – 14.00 proses internalisasi karakter dilaksanakn pagi 06.40 – 08.00 dan siang 14.00 – 16.00
Pada akhir seminar pukul 17.15 WIB, Bapak Ibrahim Bafadal menegaskan bahwa pelaksanaan FDS setiap sekolah harus menyesuaikan karakter dan kekhasan sekolah itu sendiri, sehingga FDS bisa selaras dengan visi misi sekolah. Beliua pun mempersilakan sekolah manapun untuk melihat secara langsung implementasi full day school di sekolah yang beliau kelola, baik dari TK, SD, SMP sampai SMA. Seminar tersebut ditutup dengan pemberian cindra mata dan tali asih dari pihak SMPK Santa Maria II yang diserahkan langsung kepada Bapak Profesor Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd oleh Sr. M. Dorothea, SPM.