REKOLEKSI PRA PASKAH DAN BUDI PEKERTI BAGI SISWA

Jumat, 07 April 2017 sekitar pukul 08.45 WIB semua siswa berkumpul di lapangan basket untuk mengawali kegiatan rekoleksi Paskah bagi para siswa beragama Katolik dan pembinaan Budi Pekerti bagi siswa yang beragama Non-Katolik. Sebelumnya Sr. Dorothea, SPM memberikan sambutan denan mengajak para siswa untuk memanfatkan kegiatan tersebut untuk meningkatkan kualitas diri baik dalam kegiatan rekoleksi maupun pembinaan Budi Pekerti.
Acara dimulai dengan ice breaking yang dipandu oleh Bapak Frans dan Bu Danty. Pada acara pembukaan tersebut para siswa diajak untuk memiliki persiapan khususnya bagaimana hati kita bisa enjoy saat nanti menerima materi rekoleksi yang mengangkat tema Bertobat Menuju Kebangkitan. Setelah ice breaking selesai para siswa diberikan kesempatan untuk istirahat dengan makan bersama di lapangan basket.
Sekitar pukul 10.00 WIB acara rekoleksi dan Budi Pekerti dimulai dengan membagi kelompok ke kelas masing-masing. Terkait dengan tema di atas apa maksudnya? Orang yang butuh pertobatan karena ia sadar akan kedosaannya. Dengan bertobat, harapannya salah dan dosanya ditanggalkan untuk menuju ‘kehidupan baru’ yang memberi pengharapan.
Hidup kita manusia ini berjalan secara rutin dan terus-menerus, maka ada kemungkinan muncul rasa jenuh atau bosan. Oleh karena itu kita selalu berusaha setiap saat agar kehidupan kita dijalani dengan sadar dan diisi dengan kegiatan positif agar bermakna, tidak sekedar bergulir secara sia-sia.
Dalam perjalanan hidup, suatu ketika manusia bisa jatuh dalam keadaan sakit. Sakit bukanlah hal yang asing bagi manusia, semua orang bisa mengalaminya. Lalu, apakah yang akan dilakukan manusia saat ia berada dalam situasi sakit? Tentu akan berusaha BEROBAT. Dengan berobat harapannya kesehatan dapat pulih kembali. Pasien menuju tempat kesehatan, lalu berproses dengan pihak yang berkompeten: para medis, dokter dst.
Dalam kehidupan beragama dan beriman, manusia memahami bahwa suatu saat dapat jatuh dalam kesalahan dan menjadikan dosa. Sadar akan kedosaannya, maka manusia berusaha untuk menyelesaikannya dengan BERTOBAT. Usaha pertobatan umat Katolik menuju pada ‘dokter’ yang berwenang, yakni Imam melalui Sakramen Tobat.
Berobat dan Bertobat itu tujuannya dapat diartikan sama, yakni menuju pada keadaan sehat; yaitu jasmani dan rohani. Kesehatan yang baik dalam dua aspek tersebut membutuhkan keseimbangan. Keduanya perlu diupayakan dengan baik pula. Menuju kesehatan rohani antara lain kita tempuh melalui rekoleksi hari ini, semoga!
Pada materi rekoleksi tersebut juga ditayangkan sebuah film pendek mengenai perbuatan dosa khususnya kepada orang tua Apabila kita ditanya, apakah dosa itu? Sering jawaban yang diberikan tidak salah tetapi terlampau teoritis. Misalnya: dosa itu pelanggaran perintah Tuhan. Perintahnya apa dan yang mana tidak tahu. Dosa itu situasi dimana hubungan manusia dengan Tuhan tidak harmonis (rusak). Akibatnya relasi dengan sesama juga tidak harmonis. Relasi tidak harmonis itu tidak hanya antara manusia dengan Tuhan dan dengan sesama, tetapi juga bisa merambah hubungan dengan semesta juga rusak.
Dalam iman kristiani dosa itu dapat terjadi dalam: pikiran, perkataan dan perbuatan. Pada doa Tobat (doa saya mengaku….) Kalau dosa masih dalam pikiran sulit terpantau karena belum terungkap, pada saat dikatakan mulai jelas, dan bila dilakukan menjadi ‘sempurna’ sudah. Kita akan fokus pada tindakan, kapan perbuatan manusia itu dapat dikatakan/dikategorikan sebagai tindakan dosa.
Kisah dosa dan pertobatan diambil dari Lukas 15:11-32. Ada tiga hal yang dapat dipakai untuk mengukur dosa. Pertama: kesadaran (sadar). Pada saat melakukan tindakan, orang berada dalam kesadaran yang penuh, tidak sedang mabuk atau lupa ingatan. Kedua: Pengetahuan (tahu) seseorang telah memiliki pengetahuan yang cukup memadai dan bisa membedakan hal baik dan buruk. Ketiga: Kemauan (mau) dtindakan yang dilakukan atas kemauan bebas/kehendak diri sendiri, orang tidak ditekan ataupun dalam ancaman. Jadi tindakan keliru/salah yang dilakukan dengan kesadaran baik, pengetahuan yang cukup dan dengan kebebasannya penuh, maka dapat dikategorikan tindakan dosa.
Pertobatan adalah suatu tindakan aktif yang dilakukan oleh orang yang menyadari diri akan kelemahan dan keterbatasannya. Ada beberapa hal penting dalam proses pertobatan. Pertama: Untuk sampai pada pertobatan diperlukan kesadaran diri yang baik. Kita manusia adalah mahkluk yang rapuh dan mudah jatuh dalam salah. Kedua: Kesadaran diri saja tidaklah cukup untuk bertobat, tetapi butuh sikap rendah hati. Orang yang sombong dan congkak akan sulit untuk bertobat. Ketiga: keberanian diperlukan manakala manusia akan bertobat, karena dengan bertobat manusia mengaku diri ‘salah dan kalah – menyerah’ disitulah keberanian ditantang. Keempat: buah pertobatan merupakan bagian untuk membantu proses pertobatan yang dilakukan. Seberapa jauh pertobatan dilakukan dan apakah ada hasilnya?
“Semoga dengan rekoleksi ini paling tidak siswa dikondisikan untuk semakin memahami bagaimana mereka sebagai remaja harus berpikir, bertindak, dan berbuat,” demikian harapan Bapak Fidelis Suhadi selaku coordinator tim kerja Spiritualitas Moralitas selesai memantau masing-masing kelas yang digunakan untuk menyampaikan materi rekoleksi tersebut. Sedangkan para siswa non-Katolik mendapatkan materi pembinaan budi pekerti yakni bagaimana membangun relasi yang konstruktif di antara mereka khususnya dalam aktivitas pembelajaran. Penyampaian materi budi pekertipun di laksanakan di beberapa ruang kelas sedangkan kelompok besar berkegiatan di aula