Setiap tanggal 2 Oktober kita sebagai bangsa Indonesia dengan keberagamannya memiliki banyak budaya. Terlebih warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang hingga yang terus dilestarikan oleh masyarakat. Salah satu warisan budaya tak benda yang ada di Indonesia dan masih dilestarikan ialah batik. Bahkan kini batik telah diakui dunia. Batik dikukuhkan UNESCO melalui sidang Intergovermental Committee for the Safeguard of the Intangible Culture Heritage sebagai Warisan Budaya Takbenda milik Indonesia.
Tema peringatan Hari Batik Nasional oleh UNESCO Jakarta mengangkat tema “Heritage on the Move!”. UNESCO Jakarta dan Citi Indonesia di bawah dukungan Citi Foundation kembali menggelar Perayaan Hari Batik Nasional 2020 secara virtual. Perayaan virtual melalui live streaming di kanal YouTube Kita Muda Kreatif dan di akun Instagram Kita Muda Kreatif, Jumat (2/10/2020).
Dra Sri Hartini, M.Si, selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud saat membacakan sambutan Dirjen Kebudayaan mengatakan, setiap warga negara harus melestarikan warisan budaya. “Kita pantas bersyukur bahwa Indonesia dikaruniai warisan budaya yang tersebar di seluruh Nusantara. Salah satunya batik Indonesia yang telah di inskripsi pada 2 Oktober 2009 yang kemudian kita peringati sebagai hari batik nasional,” terangnya.
Diharapkan, batik tidak sekedar keunikan motif atau bahan material yang digunakan untuk menunjukkan keistimewaannya akan tetapi batik bisa dilihat mulai dari sejarah dan proses pembuatannya. Tak hanya itu saja, batik juga bisa dilihat dari nilai filosofis yang terkandung di dalam setiap motifnya bahkan hingga karakter pemakainya yang sarat melambangkan nilai-nilai ajaran kehidupan. “Penghargaan dan pengakuan dunia internasional terhadap batik telah mengamanatkan masyarakat dunia termasuk seluruh komponen bangsa untuk dapat secara optimal berupaya melestarikan batik,” tandasnya.
Sementara itu Direktur UNESCO Kantor Jakarta, Prof. Shahbaz Khan menyatakan, warisan budaya tak benda adalah wujud keunikan dari pengetahuan kolektif yang diwariskan dari masa lampau tetapi masih hidup dan berdampingan dengan masyarakat masa kini. “Pengetahuan dikatakan mati jika Anda hanya dapat menemukannya di buku dan dokumen penelitian. Untuk membuatnya tetap hidup dan diwariskan ke generasi berikutnya, maka diperlukan upaya untuk membuatnya menjadi relevan dan dapat dipraktikkan,” ungkapnya. Inilah yang dimaksud sebagai upaya pelindungan warisan budaya tak benda.
Selain sebagai warisan budaya nasional, batik merupakan bagian yang sangat erat dari abad ke-21 yang menyokong mata pencaharian bagi sebagian besar kelompok masyarakat di Indonesia. Tak hanya itu saja, batik juga terus menginspirasi kreativitas baru dan berbagai inovasi teknologi masa kini. Di beberapa wilayah di Indonesia, pengenalan berbagai jenis motif batik telah meningkatkan peluang ekonomi melalui diversifikasi ragam pola yang ada.
Terlebih selama pandemi Covid-19, para pengrajin mengeksplorasi peluang pasar yang baru melalui pembuatan masker batik. Penggunaan teknis pewarna alami juga menjadi perhatian kajian ilmiah untuk mengeksplorasi sistem produksi yang berkelanjutan dan ramah bagi lingkungan. “Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kearifan keluhur kita dan tergantung pada diri kita untuk memutuskan pengetahuan atau pengajaran apa yang ingin kita wariskan ke generasi berikutnya,” tandas Prof. Shahbaz.
Pada perayaan tersebut juga ada sesi tanya jawab, penjelasan, dan informasi seputar batik yang harapannya dapat menginspirasi dan makin meningkatkan kecintaan kita semua pada batik nasional. Sekaligus juga berkenalan dengan berbagai macam batik yang ada di Indonesia. Ada pula cerita inspiratif dari para perajin, sesi tentang pewarnaan batik warna alam yang ramah lingkungan serta hiburan musik dan tari para seniman muda.
(teks diambil dari https://www.kompas.com/edu/read/2020/10/02/171350471/hari-batik-nasional-2020-warisan-budaya-hidup-jika-dilestarikan?)