Jumat, 07 April 2017 sekitar pukul 08.45 WIB semua siswa berkumpul di lapangan basket untuk mengawali kegiatan rekoleksi Paskah bagi para siswa beragama Katolik dan pembinaan Budi Pekerti bagi siswa yang beragama Non-Katolik. Sebelumnya Sr. Dorothea, SPM memberikan sambutan denan mengajak para siswa untuk memanfatkan kegiatan tersebut untuk meningkatkan kualitas diri baik dalam kegiatan rekoleksi maupun pembinaan Budi Pekerti.
Acara dimulai dengan ice breaking yang dipandu oleh Bapak Frans dan Bu Danty. Pada acara pembukaan tersebut para siswa diajak untuk memiliki persiapan khususnya bagaimana hati kita bisa enjoy saat nanti menerima materi rekoleksi yang mengangkat tema Bertobat Menuju Kebangkitan. Setelah ice breaking selesai para siswa diberikan kesempatan untuk istirahat dengan makan bersama di lapangan basket.
Sekitar pukul 10.00 WIB acara rekoleksi dan Budi Pekerti dimulai dengan membagi kelompok ke kelas masing-masing. Terkait dengan tema di atas apa maksudnya? Orang yang butuh pertobatan karena ia sadar akan kedosaannya. Dengan bertobat, harapannya salah dan dosanya ditanggalkan untuk menuju ‘kehidupan baru’ yang memberi pengharapan.
Hidup kita manusia ini berjalan secara rutin dan terus-menerus, maka ada kemungkinan muncul rasa jenuh atau bosan. Oleh karena itu kita selalu berusaha setiap saat agar kehidupan kita dijalani dengan sadar dan diisi dengan kegiatan positif agar bermakna, tidak sekedar bergulir secara sia-sia.
Dalam perjalanan hidup, suatu ketika manusia bisa jatuh dalam keadaan sakit. Sakit bukanlah hal yang asing bagi manusia, semua orang bisa mengalaminya. Lalu, apakah yang akan dilakukan manusia saat ia berada dalam situasi sakit? Tentu akan berusaha BEROBAT. Dengan berobat harapannya kesehatan dapat pulih kembali. Pasien menuju tempat kesehatan, lalu berproses dengan pihak yang berkompeten: para medis, dokter dst.
Dalam kehidupan beragama dan beriman, manusia memahami bahwa suatu saat dapat jatuh dalam kesalahan dan menjadikan dosa. Sadar akan kedosaannya, maka manusia berusaha untuk menyelesaikannya dengan BERTOBAT. Usaha pertobatan umat Katolik menuju pada ‘dokter’ yang berwenang, yakni Imam melalui Sakramen Tobat.
Berobat dan Bertobat itu tujuannya dapat diartikan sama, yakni menuju pada keadaan sehat; yaitu jasmani dan rohani. Kesehatan yang baik dalam dua aspek tersebut membutuhkan keseimbangan. Keduanya perlu diupayakan dengan baik pula. Menuju kesehatan rohani antara lain kita tempuh melalui rekoleksi hari ini, semoga!
Pada materi rekoleksi tersebut juga ditayangkan sebuah film pendek mengenai perbuatan dosa khususnya kepada orang tua Apabila kita ditanya, apakah dosa itu? Sering jawaban yang diberikan tidak salah tetapi terlampau teoritis. Misalnya: dosa itu pelanggaran perintah Tuhan. Perintahnya apa dan yang mana tidak tahu. Dosa itu situasi dimana hubungan manusia dengan Tuhan tidak harmonis (rusak). Akibatnya relasi dengan sesama juga tidak harmonis. Relasi tidak harmonis itu tidak hanya antara manusia dengan Tuhan dan dengan sesama, tetapi juga bisa merambah hubungan dengan semesta juga rusak.
Dalam iman kristiani dosa itu dapat terjadi dalam: pikiran, perkataan dan perbuatan. Pada doa Tobat (doa saya mengaku….) Kalau dosa masih dalam pikiran sulit terpantau karena belum terungkap, pada saat dikatakan mulai jelas, dan bila dilakukan menjadi ‘sempurna’ sudah. Kita akan fokus pada tindakan, kapan perbuatan manusia itu dapat dikatakan/dikategorikan sebagai tindakan dosa.
Kisah dosa dan pertobatan diambil dari Lukas 15:11-32. Ada tiga hal yang dapat dipakai untuk mengukur dosa. Pertama: kesadaran (sadar). Pada saat melakukan tindakan, orang berada dalam kesadaran yang penuh, tidak sedang mabuk atau lupa ingatan. Kedua: Pengetahuan (tahu) seseorang telah memiliki pengetahuan yang cukup memadai dan bisa membedakan hal baik dan buruk. Ketiga: Kemauan (mau) dtindakan yang dilakukan atas kemauan bebas/kehendak diri sendiri, orang tidak ditekan ataupun dalam ancaman. Jadi tindakan keliru/salah yang dilakukan dengan kesadaran baik, pengetahuan yang cukup dan dengan kebebasannya penuh, maka dapat dikategorikan tindakan dosa.
Pertobatan adalah suatu tindakan aktif yang dilakukan oleh orang yang menyadari diri akan kelemahan dan keterbatasannya. Ada beberapa hal penting dalam proses pertobatan. Pertama: Untuk sampai pada pertobatan diperlukan kesadaran diri yang baik. Kita manusia adalah mahkluk yang rapuh dan mudah jatuh dalam salah. Kedua: Kesadaran diri saja tidaklah cukup untuk bertobat, tetapi butuh sikap rendah hati. Orang yang sombong dan congkak akan sulit untuk bertobat. Ketiga: keberanian diperlukan manakala manusia akan bertobat, karena dengan bertobat manusia mengaku diri ‘salah dan kalah – menyerah’ disitulah keberanian ditantang. Keempat: buah pertobatan merupakan bagian untuk membantu proses pertobatan yang dilakukan. Seberapa jauh pertobatan dilakukan dan apakah ada hasilnya?
“Semoga dengan rekoleksi ini paling tidak siswa dikondisikan untuk semakin memahami bagaimana mereka sebagai remaja harus berpikir, bertindak, dan berbuat,” demikian harapan Bapak Fidelis Suhadi selaku coordinator tim kerja Spiritualitas Moralitas selesai memantau masing-masing kelas yang digunakan untuk menyampaikan materi rekoleksi tersebut. Sedangkan para siswa non-Katolik mendapatkan materi pembinaan budi pekerti yakni bagaimana membangun relasi yang konstruktif di antara mereka khususnya dalam aktivitas pembelajaran. Penyampaian materi budi pekertipun di laksanakan di beberapa ruang kelas sedangkan kelompok besar berkegiatan di aula
Rekoleksi PraPaskah bagi Guru dan Karyawan
Sebagai pembimbing rekoleksi Pra Paskah 2017 bagi para guru dan karyawan SMPK Santa Maria II, Bruder Agung, O.Carm mampu menggiring para peserta rekoleksi dengan penuh perhatian mendengarkan dan merespon apa yang di sampaikan materi [ertobatan di Ruang Agama. Kegiatan itu dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 April 2017 mulai pukul 09.30 sampai pukul 12.10 WIB
Pada sambutan kegiatan rekoleksi tersebut Sr. Dorothea, SPM berharap agar kegiatan rekoleksi pra Paskah ini minimal membantu para guru dan karyawan dalam mempersiapkan perayaan Paskah, dengan mengangkat tema Pertobatan diharapkan semua peserta semakin menyadari akan sebuah rekonsiliasi dalam setiap perjalanan hidup ini disadari secara penuh. Beliapun juga berpesan semoga apa yang akan disampaikan Bruder Agung benar-benar membuka mata hati bagaimana sebagai umat beriman terus selalu berupaya untuk melakukan pertobatan yang nyata.
Dengan gaya khas yang dimiliki Bruder Agung, O.Carm beliau menegaskan juga bahwa orang beragama bukan sekedar formalitas, konkritkan semua ajaran agama dalam perbuatan dan pikiran kehidupan ini. Sebab agama bersumber pada Allah yang hakikatnya adalah segala-galanya. Khususnya pada masa pra paskah ini puasa dan bermatiraga bisa digunakan untuk mengukur seberapa nyata anatar perbuatan dan ajaran agama bisa kita wejawantahkan, kita ketahui bersama bahwa akar segala kejahatan di dunia ini adalah cinta diri dan uang.
Pada kesempatan itu Bruder Agung, O.Carm juga mengangkat perikop kesalehan palsu dan yang sejati dari Yesaya. Pertobatan yang sejati merupakan hasil dari pergumulan antara akal budi dengan segala perbuatan kita dalam menjalani kehidupan ini. Untuk itu pada rekoleksi tersebut bapak ibu guru dan karyawan SMPK Santa Maria II diajak untuk bekerja dengan hati, bekerja sebagai sebuah palayanan akan semua karunia yang telah diberikan Allah pada setiap kehidupan kita. Mendapatkan materi darihasil kerja adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan tetapi janganlah setiap kerja kita selalu berakhir dengan ukuran materi karena setiap kebutuhan materi manusia tiada yang bisa membatasi.
Pada akhir rekoleksi Bruder yang berkatya di Batu memberikan kesempatan kepada para gurudan karyawan untuk menerima sakramen tobat. “Marilah dengan penyegaran arti pertobatan di masa pra paskah ini, kita segenap guru dan karyawan berupaya untuk mengalami pertobatan yang menjanjikan sebuah nilai kehidupan baru yang menggiring kita semua untuk semakin bisa memaknai bekerja dan berkarya adalah sebuah bentuk layanan syukur kita akan apa yang sudah kita alami selama ini”, demikian Sr. Dorothea memberikan kata penurupan pada rekoleksi siang itu (T.Th)
Merasakan HEKSGAPO (Heksa Scout Galang Competition) SMAN 6 Malang
Minggu, 25 Maret 2017 sekitar pukul 05.30 WIB adik-adik penggalang SMPK Santa Maria II mulai mempersiapkan diri untuk berangkat menuju SMAN 6 Malang untuk mengukur kompetensi keterampilan kepramukaan. Salah satu program kepramukaan Gudep 04-27 SMP Panderman tahun 2016-2017 adalah mengikuti berbagai lompa kepramukaan khususnya yang diselenggarakan oleh SMA Negeri di Malang sekitar terus direalisasikan.
Event lomba pramuka yang diselenggarakan oleh Ambalan Syailendra Pangkalan SMA Negeri 6 Malang, memiliki kemenarikan untuk diikuti terutama event tersebut baru diikuti di SMA yang berada di jalan Mayjen Sungkono tersebut. Bidang lomba-lomba yang digelar adalah Pionering, Hasta Karya, Cerdas Cermat, Water Rocket, Story Telling, KIM dan FBB & Yel-Yel. Pada perlombaan tersebut SMPK Santa Maria II dengan mempertimbangkan masukan dan pemikiran akhirnya diputuskan untuk mengirimkan 2 regu putri dan 2 regu putra.
Persiapan lomba tersebut dilaksanakan sore hari selama 2 minggu setiap hari senin, rabu, dan kamis. Saat mempersiapakan lomba tersebut semangat dan antusiasme adik-adik penggalang Nampak bersemangat. Selama berlatih masing-masing anggota regu setia dengan tanggung jawab bidang lomba yang diikuti. Setiap regu terbagi atas 3 penggalang ikut pionnering, 2 penggalang hasta karya, 1 penggalang cerdas cermat, 2 penggalang water roket, 1 penggalang story telling, 1 penggalan KIM, dan semua anggota regu ikut FBB dan Yel-yel.
Selama mempersiapkan lomba menurut salah satu peserta yang bernama Putri mengatakan bahwa saat berlatih itulah kita sesame anggota regu harus berjuang untuk selalu mementingkan kebersamaan, serta komunikasi yang baik antara orangtua peserta harus terjalin dengan harmonis. Semua itu akan menentukan apakah selama berlatih para peserta dan ortu bisa saling mendukung. “Kami sangat mengapresiasi apa yang selama ini dukungan para orangtua patut diberi jempol,” ungkap Kak Frans di tengah-tengah kesiibukan mempersiapkan lomba tersebut.
Kami berangkat dari sekolah pada pagi hari sekitar pukul 06.15 WIB dengan menggunakan 4 mobil dukungan para orangtua SMAN 6 sekitar pukul 07.15 WIB registrasi. Pukul 08.15 selain bidang lomba FBB dan Yel-yel, setelah apel pembukan langsung dimulai. “Pada prinsipnya kami para Pembina sudah memberikan kepercayaan kepada adik-adik penggalang untuk secara maksimal melaksanakan bidang lomba sesuai dengan apa yang sudah dipersiapkan selama ini,” demikian ungkap Kak Bertha
Setelah semua bidang lomba dilaksanakan pukul 16.15 WIB dilaksanakan apel penutupan yang diisi hiburan ekstrakurikuler Dance SMA Negeri 6. Pada pengumuman hasil perlombaan akhirnya kontingen SMPK Santa Maria II berhasil meraih juara I story telling putra, juara II water roket putra dan putri juara III story telling putri dan FBB dan Yel putrid dan mampu meraih juara umum ketiga putra, dengan demikian kontingen SMP Panderman membawa pulang 6 trophy kejuaraan pada Heksa Scout Galang Competition 2017. (T.Th)
Bimbingan Teknis Lesson Study (LS) di Universitas Negeri Malang
Sabtu, 10 Maret 2017 SMPK Santa Maria II berkesempatan mengikuti Bimbingan Teknis Lesson Study dari Dinas Pendidikan Kota Malang yang diikuti oleh Trianto Thomas, S.Pd. Acara tersebut merupakan kerjasama Dinas Pendidikan Kota Malang, Universitas Negeri Malang (UM), dan Benesse Corp Jepang mengasilkan program inti Lesson Study (LS) untuk mengembangkan profesional guru.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Dra. Hj. Zubaidah, M.M pada sambutan pembukaan Workshop LS mengajak para peserta untuk memanfatkan kesempatan itu sebagai salah satu bentuk usaha meningkatkan kualitas professional seorang guru. Beliau juga minta maaf atas keterlambatan waktu pembukan karena harus menghadiri beberapa kegiatan dinas yang bersamaan.Kepala Bagian Fungsional Pendidikan (Fungdik) Dinas PendidikanKota Malang Sri Sutrisnawati mengatakan hasil akhir atau output LS adalah guru akan lebih terampil dan kompeten dalam melalukan pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terfokus pada guru, tapi pada bagaimana memahamkan siswa akan suatu konsep dan yang tak kalah penting bagaimana pembelajaran itu menyenangkan”
Pada awal kegiatan sekitar pukul 08.15 WIB, koordinator program kerja sama, Dr Ibrohim MSi, dan perwakilan Benesse Indonesia, Adhitya Syarif menginformasikan bahwa Bimtek LS ini diikuti oleh 75 guru SD dari 5 kecamatan dan 75 guru SMP dari 5 MGMP, yaitu Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Bimbingan Teknis LS dilaksanakan di Aula FMIPA UNM dengan menghadirkan pembicara dari Benesse Corp Jepang, Ryo Suzuki, peneliti pendidikan dari Jepang yang didatangkan. Peneliti dari Japan International Cooperation Agency (JICA) yang juga bergabung di Asia Future Education Center ini berbagi ilmu terkait dengan lesson study.
Ryo Suzuki mengatakan LS dilaksanakan menggunakan tiga tahap. Yaitu, plan, do, and see. “Plan adalah perencanaan lesson study dengan kolaborasi antar guru dan dosen, kemudian Do yaitu pelaksanaan hasil perencanaan sekaligus observasi respon siswa, dan See yaitu refleksi hasil dengan pembahasan kembali keefektifan sistem pembelajaran tersebut.” Ryo juga menjelaskan Lesson Study ini menjadi model pembinaan guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip colleagues and mutual learning.
Narasumber yang sudah 3 tahun bekerja di Kota Malang itu juga mengingatkan bahwa kemampuan guru abad 21 adalah mampu mendesain tempat belajar dan menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Beliau juga menegaskan bahwa LS bukan metode pembelajaran tetapi LS adalah kegiatan elaborasi antar guru dengan tujuan bagaimana pembelajaran mampu semakin menarik dan siswa sebagai subjek aktivitas pembelajaran. Kegiatan LS bisa dilakukan satu atau dua minggu sekali tergantung situasi dan kebutuhan dengan membuat kelompok LS club agar program lebih efektif.
Selesai pemaparan materi, Bapak Ibrohim mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok per-gugus kecamatan bagi guru SD dan per-MGMP bagi guru SMP. Kegiatan kelompok yang dilakukan adalah merancang persiapan LS dengan membuat jadwal kapan melaksanakan Plan, Do, dan See. Rencana tersebut akan dilaksanakan bulan Maret sampai Juli dengan 6 kegiatan kelompok. Beliau juga berharap semua anggota kelompok bisa mengikuti agenda rencana kegiatan minimal 80% sebagai syarat agar selesai kegiatan itu para peserta berhalk mendapatkan sertifikat dari Dinas Pendidikan Kota Malang.
Bimbingan teknis Lesson Study diakhiri pukul 13.10 WIB dengan pembagian makan siang. “Semoga melalui pemahaman yang tepat kegiatan Lesson Study kita sebagai guru semakin dimudahkan bagaimana bisa mendesain dan memberikan fasilitas pembelajaran yang membuat para siswa semakin tertantang untuk menggali pengetahuan secara mandiri dan berkempok dengan suasana yang menarik dan menyenangkan,” ungkap salah satu peserta Bimtek LS sembari menikmati makasn siang di selasar bangunan kompleks Fakultas MIPA UNM.
Skip Challenge Berbahaya! Bisa Menyebabkan Kerusakan Otak!
Kini telah banyak beredar tantangan atau permainan yang aneh di dunia maya, tantangan tersebut kebanyakan tidak memiliki dan memberikan manfaat positif untuk mereka yang melakukannya, bahkan ada juga yang dapat membahayakan kesehatan. beberapa video yang menampakkan para pelajar tersebut tengah melakukan tantangan ini dan menjadi viral di media sosial.
Fenomena mencari identitas diri seperti itu di dunia remaja, menurut psikolog Tika Bisono, wajar saja. Dunia remaja pada usia 13-19 tahun memang anormatis, anomali, atau tidak lazim. “Mereka selalu mencari sesuatu yang baru. Sedang proses mencoba dan sedang dalam proses pembelajaran,” ujar Tika. Karena itulah, Tika mewanti-wanti pada para orang tua, guru, dan para ahli lainnya, agar terus memberikan pengawasan tanpa henti. “Harus melekat, karena masa remaja itu adalah proses peralihan, dari anak-anak menuju dewasa. Proses peralihan itu harus diawasi dari ujung sampai akhir. Jangan pernah absen,” katanya lagi serius.
Sukiman selaku Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud mengatakan jika permainan skip challenge atau yang disebut juga pass out challenge adalah tantangan yang berbahaya. ”Sekolah tidak harus menunggu imbauan, karena sekolah tahu mana yang bahaya mana yang tidak. Tapi prinsipnya ini jangan dilakukan,” kata Sukiman, saat dihubungi, Jumat (10/3).”Kita segera koordinasilah dengan sekolah. Saya sedang mempelajari, karena masih baru. Anak -anak memang aneh saja kelakuannya. Tapi harus ada pengawasan dari berbagai pihak,” kata dia.
Permainan skip challenge ini dilakukan dengan cara menekan dada sekeras – kerasnya hingga beberapa menit dan membuat pelakunya kejang – kejang dan pingsan. Namun beberapa waktu kemudian korban akan kembali pulih dan sadar. Beberapa postingan di media sosial mengatakan jika permainan skip challenge itu memiliki dampak yang fatal terhadap kesehatan, seperti yang disebutkan oleh SENKOM Mitra Polri Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Dari postingan itu ditulis bahwa tanpa mereka sadari, sebenarnya ketika mereka pingsan hal itu dikarenakan asupan oksigen ke otak tengah terhenti beberapa saar. Dan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel – sel otak. Yang tentunya dapat berakibat fatal, seperti kerusakan otak atau bahkan kelumpuhan.
Bahkan Menkes Nila Moeloek, mengatakan jika menurutnya skip challenge ini berbahaya. “Aduh aduh. Jangan dong. Kalau ada penekanan seperti itu nanti ada pendarahan, apa saya kira, saya baru dengar itu gamenya. Nanti saya cari. Nggak bisa itu. Itu bisa menyakiti diri sendiri,” ucapnya ketika berada di Kantor Kepresidenan setelah melaksanakan rapat terbatas pada Kamis (9/3). Ia pun memberi pesan agar tidak melakukan skip challenge tersebut “Ya pastilah, bisa saja kamu tekan dada kamu sama aja kayak orang ketabrak. Keteken dadanya, patah tulangnya, ketusuk nanti paru-parunya. Segala macam,” tambahnya.
“Sebenarnya problem dari dia bisa pingsan karena pada saat dinding dada ditekan, otomatis tidak ada udara yang masuk ke paru dan tidak ada pertukaran udara, juga oksigen tidak akan masuk ke dalam pembuluh darah,” ujar Wishnu Pramudito DP SpB, dari Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dikutip dari liputan6.com.
Banyak orang yang melakukan tantangan ini tidak menyadari jika ada bahaya dari hal yang mereka lakukan itu. Tantangan skip challenge ini telah di ketahui membuat seseorang pingsan, di karenakan kurangnya oksigen ke otak. Selain itu efek lain dari skip challenge ini adalah para pelajar dapat merasakan kecanduan, hingga mereka ingin melakukannya lagi dan lagi tanpa sadar ada dampak yang fatal. Dihimbau kepada seluruh orang tua untuk tetap berhati – hati serta memberikan pengertian agar anak – anak tidak menjadi korban dari tantangan yang berakibat fatal ini.
(disarikan dari beberapa sumber)
STUDI BANDING KE SMP ISLAM SABILILLAH MALANG
Sebagai tindak lanjut setelah hari Senin, 6 Maret 2017 mendatangkan Profesor Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd terkait pencerahan full day school yang sedang dirancang untuk diimplementasikan di SMPK Santa Maria II maka pada hari Selasa, 7 Maret 2017 pukul 6.05 WIB Sr. M. Dorothea, SPM bersama sembilan bapak/ibu guru berangkat ke SMP Islam Sabilillah Malang untuk melihat langsung penerapan full day school yang telah lama diberlakukan di salah satu sekolah yang di kelola oleh Lembaga Pendidikan Islam Sabilillah itu.
Rombongan suster, bapak ibu guru tiba di SMP Islam Sabilillah pukul 07.00 WIB saat para siswa mulai beraktivitas. Kami pun disambut oleh Bapak Dwi selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sekaligus humas sekolah yang beralamat di jalan Terusan Piranha Atas No. 135. Kami disambut dengan penuh kehangatan oleh beberapa bapak/ibu staf pengurus lembaga pendidikan Sabilillah dan langsung diajak masuk ke ruang pertemuan untuk mendengarkan kegiatan dan aktivitas kami selama di sekolah yang awal pendiriannya berkantor pusat di jalan Jenderal A. Yani no. 15 setalah mendapatkan pengarahan kamipun didampingi oleh beberapa staf pengurus sekolah diajak observasi di sekitar sekolah sambil kami melakukan tanya jawab terkait apa yang kami dengar, lihat saat melakukan observasi tersebut.
Saat kami melakukan observasi terdengar para siswa sedang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, setelah itu mereka mendapat informasi baik dari wali kelas maupun guru pamong. Tiba saatnya sholat Duha merekapun segera menuju ke masjid sekolah. Itu salah satu penerapan pendidikan karakter yang dilakukan oleh salah satu sekolah swasta yang sudah menerapkan full day school semenjak sekolah itu berdiri. Kami pun terus diajak untuk melihat berbagai ruangan yang ada, salah satunya ruang musik. Kami disambut dengan 3 lagu dan musik yang dikemas dalam musik 3 warna yaitu perpaduan biola, gamelan, dan band.
Selesai observasi kami diajak ke ruang konferensi untuk mendengarkan dan melihat profil serta segala aneka pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen Pendidikan Islam Sabilillah Malang tersebut. Di sana ada diskusi dan tanya jawab multi arah yang pada prinsipnya kami rombongan SMPK Santa Maria II benar-benar memanfaatkan untuk menanyakan berbagai hal terlebih yang belum kita pahami, demikian juga pihak Sabilillah yang diwakili oleh kesiswaan, humas, dan kurikulum. Suasana akrab begitu mendominasi setiap dialog yang kami lakukan, ini menandakan adanya keterbukaan antara kedua lembaga pendidikan yang memiliki kesamaan yakni bertujuan memberikan pelayanan kepada siswa dan stakeholder secara prima.
Sekitar pukul 11.00 WIB semua kegiatan studi banding kami akhiri dengan saling memberikan kenang-kenangan . Sebelumnya Sr. Dorothea, SPM menyampaikan ucapan terima kasih atas semua yang telah kami alami selama melakukan kunjungan studi banding. Setelah seremonial penutupan berakhir kami diajak untuk mendokumentasikan peristiwa itu dengan foto bersama baik di dalam sekolah mapun di depan sekolah. “Semoga dengan melihat secara langsung sekolah yang telah menerapkan full day school bertahun-tahun itu kita bisa terinspirasi bagaimana kelak jika SMPK Santa Maria II menerapkan full day school,” ungkap Ibu Maria sambil menuju ke mobil sekolah meninggalkan SMP Islan Sabilillah. (T.Th)