Bimbingan Teknis Lesson Study (LS) di Universitas Negeri Malang

Sabtu, 10 Maret 2017 SMPK Santa Maria II berkesempatan mengikuti Bimbingan Teknis Lesson Study dari Dinas Pendidikan Kota Malang yang diikuti oleh Trianto Thomas, S.Pd. Acara tersebut merupakan kerjasama Dinas Pendidikan Kota Malang, Universitas Negeri Malang (UM), dan Benesse Corp Jepang mengasilkan program inti Lesson Study (LS) untuk mengembangkan profesional guru.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Dra. Hj. Zubaidah, M.M pada sambutan pembukaan Workshop LS mengajak para peserta untuk memanfatkan kesempatan itu sebagai salah satu bentuk usaha meningkatkan kualitas professional seorang guru. Beliau juga minta maaf atas keterlambatan waktu pembukan karena harus menghadiri beberapa kegiatan dinas yang bersamaan.Kepala Bagian Fungsional Pendidikan (Fungdik) Dinas PendidikanKota Malang Sri Sutrisnawati mengatakan hasil akhir atau output LS adalah guru akan lebih terampil dan kompeten dalam melalukan pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terfokus pada guru, tapi pada bagaimana memahamkan siswa akan suatu konsep dan yang tak kalah penting bagaimana pembelajaran itu menyenangkan”

Pada awal kegiatan sekitar pukul 08.15 WIB, koordinator program kerja sama, Dr Ibrohim MSi, dan perwakilan Benesse Indonesia, Adhitya Syarif menginformasikan bahwa Bimtek LS ini diikuti oleh 75 guru SD dari 5 kecamatan dan 75 guru SMP dari 5 MGMP, yaitu Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.

Bimbingan Teknis LS dilaksanakan di Aula FMIPA UNM dengan menghadirkan pembicara dari Benesse Corp Jepang, Ryo Suzuki, peneliti pendidikan dari Jepang yang didatangkan. Peneliti dari Japan International Cooperation Agency (JICA) yang juga bergabung di Asia Future Education Center ini berbagi ilmu terkait dengan lesson study.

Ryo Suzuki mengatakan LS dilaksanakan menggunakan tiga tahap. Yaitu, plan, do, and see. “Plan adalah perencanaan lesson study dengan kolaborasi antar guru dan dosen, kemudian Do yaitu pelaksanaan hasil perencanaan sekaligus observasi respon siswa, dan See yaitu refleksi hasil dengan pembahasan kembali keefektifan sistem pembelajaran tersebut.” Ryo juga menjelaskan Lesson Study ini menjadi model pembinaan guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip colleagues and mutual learning.

Narasumber yang sudah 3 tahun bekerja di Kota Malang itu juga mengingatkan bahwa kemampuan guru abad 21 adalah mampu mendesain tempat belajar dan menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Beliau juga menegaskan bahwa LS bukan metode pembelajaran tetapi LS adalah kegiatan elaborasi antar guru dengan tujuan bagaimana pembelajaran mampu semakin menarik dan siswa sebagai subjek aktivitas pembelajaran. Kegiatan LS bisa dilakukan satu atau dua minggu sekali tergantung situasi dan kebutuhan dengan membuat kelompok LS club agar program lebih efektif.

Selesai pemaparan materi, Bapak Ibrohim mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok per-gugus kecamatan bagi guru SD dan per-MGMP bagi guru SMP. Kegiatan kelompok yang dilakukan adalah merancang persiapan LS dengan membuat jadwal kapan melaksanakan Plan, Do, dan See. Rencana tersebut akan dilaksanakan bulan Maret sampai Juli dengan 6 kegiatan kelompok. Beliau juga berharap semua anggota kelompok bisa mengikuti agenda rencana kegiatan minimal 80% sebagai syarat agar selesai kegiatan itu para peserta berhalk mendapatkan sertifikat dari Dinas Pendidikan Kota Malang.

Bimbingan teknis Lesson Study diakhiri pukul 13.10 WIB dengan pembagian makan siang. “Semoga melalui pemahaman yang tepat kegiatan Lesson Study kita sebagai guru semakin dimudahkan bagaimana bisa mendesain dan memberikan fasilitas pembelajaran yang membuat para siswa semakin tertantang untuk menggali pengetahuan secara mandiri dan berkempok dengan suasana yang menarik dan menyenangkan,” ungkap salah satu peserta Bimtek LS sembari menikmati makasn siang di selasar bangunan kompleks Fakultas MIPA UNM.

Skip Challenge Berbahaya! Bisa Menyebabkan Kerusakan Otak!

Kini telah banyak beredar tantangan atau permainan yang aneh di dunia maya, tantangan tersebut kebanyakan tidak memiliki dan memberikan manfaat positif untuk mereka yang melakukannya, bahkan ada juga yang dapat membahayakan kesehatan. beberapa video yang menampakkan para pelajar tersebut tengah melakukan tantangan ini dan menjadi viral di media sosial.

Fenomena mencari identitas diri seperti itu di dunia remaja, menurut psikolog Tika Bisono, wajar saja. Dunia remaja pada usia 13-19 tahun memang anormatis, anomali, atau tidak lazim. “Mereka selalu mencari sesuatu yang baru. Sedang proses mencoba dan sedang dalam proses pembelajaran,” ujar Tika. Karena itulah, Tika mewanti-wanti pada para orang tua, guru, dan para ahli lainnya, agar terus memberikan pengawasan tanpa henti. “Harus melekat, karena masa remaja itu adalah proses peralihan, dari anak-anak menuju dewasa. Proses peralihan itu harus diawasi dari ujung sampai akhir. Jangan pernah absen,” katanya lagi serius.

Sukiman selaku Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud mengatakan jika permainan skip challenge atau yang disebut juga pass out challenge adalah tantangan yang berbahaya. ”Sekolah tidak harus menunggu imbauan, karena sekolah tahu mana yang bahaya mana yang tidak. Tapi prinsipnya ini jangan dilakukan,” kata Sukiman, saat dihubungi, Jumat (10/3).”Kita segera koordinasilah dengan sekolah. Saya sedang mempelajari, karena masih baru. Anak -anak memang aneh saja kelakuannya. Tapi harus ada pengawasan dari berbagai pihak,” kata dia.

Permainan skip challenge ini dilakukan dengan cara menekan dada sekeras – kerasnya hingga beberapa menit dan membuat pelakunya kejang – kejang dan pingsan. Namun beberapa waktu kemudian korban akan kembali pulih dan sadar. Beberapa postingan di media sosial mengatakan jika permainan skip challenge itu memiliki dampak yang fatal terhadap kesehatan, seperti yang disebutkan oleh SENKOM Mitra Polri Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Dari postingan itu ditulis bahwa tanpa mereka sadari, sebenarnya ketika mereka pingsan hal itu dikarenakan asupan oksigen ke otak tengah terhenti beberapa saar. Dan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel – sel otak. Yang tentunya dapat berakibat fatal, seperti kerusakan otak atau bahkan kelumpuhan.

Bahkan Menkes Nila Moeloek, mengatakan jika menurutnya skip challenge ini berbahaya. “Aduh aduh. Jangan dong. Kalau ada penekanan seperti itu nanti ada pendarahan, apa saya kira, saya baru dengar itu gamenya. Nanti saya cari. Nggak bisa itu. Itu bisa menyakiti diri sendiri,” ucapnya ketika berada di Kantor Kepresidenan setelah melaksanakan rapat terbatas pada Kamis (9/3). Ia pun memberi pesan agar tidak melakukan skip challenge tersebut “Ya pastilah, bisa saja kamu tekan dada kamu sama aja kayak orang ketabrak. Keteken dadanya, patah tulangnya, ketusuk nanti paru-parunya. Segala macam,” tambahnya.

“Sebenarnya problem dari dia bisa pingsan karena pada saat dinding dada ditekan, otomatis tidak ada udara yang masuk ke paru dan tidak ada pertukaran udara, juga oksigen tidak akan masuk ke dalam pembuluh darah,” ujar Wishnu Pramudito DP SpB, dari Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dikutip dari liputan6.com.

Banyak orang yang melakukan tantangan ini tidak menyadari jika ada bahaya dari hal yang mereka lakukan itu. Tantangan skip challenge ini telah di ketahui membuat seseorang pingsan, di karenakan kurangnya oksigen ke otak. Selain itu efek lain dari skip challenge ini adalah para pelajar dapat merasakan kecanduan, hingga mereka ingin melakukannya lagi dan lagi tanpa sadar ada dampak yang fatal. Dihimbau kepada seluruh orang tua untuk tetap berhati – hati serta memberikan pengertian agar anak – anak tidak menjadi korban dari tantangan yang berakibat fatal ini.

(disarikan dari beberapa sumber)

STUDI BANDING KE SMP ISLAM SABILILLAH MALANG

Sebagai tindak lanjut setelah hari Senin, 6 Maret 2017 mendatangkan Profesor Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd terkait pencerahan full day school yang sedang dirancang untuk diimplementasikan di SMPK Santa Maria II maka pada hari Selasa, 7 Maret 2017 pukul 6.05 WIB Sr. M. Dorothea, SPM bersama sembilan bapak/ibu guru berangkat ke SMP Islam Sabilillah Malang untuk melihat langsung penerapan full day school yang telah lama diberlakukan di salah satu sekolah yang di kelola oleh Lembaga Pendidikan Islam Sabilillah itu.

Rombongan suster, bapak ibu guru tiba di SMP Islam Sabilillah pukul 07.00 WIB saat para siswa mulai beraktivitas. Kami pun disambut oleh Bapak Dwi selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sekaligus humas sekolah yang beralamat di jalan Terusan Piranha Atas No. 135. Kami disambut dengan penuh kehangatan oleh beberapa bapak/ibu staf pengurus lembaga pendidikan Sabilillah dan langsung diajak masuk ke ruang pertemuan untuk mendengarkan kegiatan dan aktivitas kami selama di sekolah yang awal pendiriannya berkantor pusat di jalan Jenderal A. Yani no. 15 setalah mendapatkan pengarahan kamipun didampingi oleh beberapa staf pengurus sekolah diajak observasi di sekitar sekolah sambil kami melakukan tanya jawab terkait apa yang kami dengar, lihat saat melakukan observasi tersebut.

Saat kami melakukan observasi terdengar para siswa sedang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, setelah itu mereka mendapat informasi baik dari wali kelas maupun guru pamong. Tiba saatnya sholat Duha merekapun segera menuju ke masjid sekolah. Itu salah satu penerapan pendidikan karakter yang dilakukan oleh salah satu sekolah swasta yang sudah menerapkan full day school semenjak sekolah itu berdiri. Kami pun terus diajak untuk melihat berbagai ruangan yang ada, salah satunya ruang musik. Kami disambut dengan 3 lagu dan musik yang dikemas dalam musik 3 warna yaitu perpaduan biola, gamelan, dan band.

Selesai observasi kami diajak ke ruang konferensi untuk mendengarkan dan melihat profil serta segala aneka pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen Pendidikan Islam Sabilillah Malang tersebut. Di sana ada diskusi dan tanya jawab multi arah yang pada prinsipnya kami rombongan SMPK Santa Maria II benar-benar memanfaatkan untuk menanyakan berbagai hal terlebih yang belum kita pahami, demikian juga pihak Sabilillah yang diwakili oleh kesiswaan, humas, dan kurikulum. Suasana akrab begitu mendominasi setiap dialog yang kami lakukan, ini menandakan adanya keterbukaan antara kedua lembaga pendidikan yang memiliki kesamaan yakni bertujuan memberikan pelayanan kepada siswa dan stakeholder secara prima.

Sekitar pukul 11.00 WIB semua kegiatan studi banding kami akhiri dengan saling memberikan kenang-kenangan . Sebelumnya Sr. Dorothea, SPM menyampaikan ucapan terima kasih atas semua yang telah kami alami selama melakukan kunjungan studi banding. Setelah seremonial penutupan berakhir kami diajak untuk mendokumentasikan peristiwa itu dengan foto bersama baik di dalam sekolah mapun di depan sekolah. “Semoga dengan melihat secara langsung sekolah yang telah menerapkan full day school bertahun-tahun itu kita bisa terinspirasi bagaimana kelak jika SMPK Santa Maria II menerapkan full day school,” ungkap Ibu Maria sambil menuju ke mobil sekolah meninggalkan SMP Islan Sabilillah. (T.Th)

SEMINAR FULL DAY SCHOOL DI SMPK SANTA MARIA II

Sebagai langkah awal untuk mulai menerapkan Full Day School tahun pelajaran mendatang 2017-2018, SMPK Santa Maria II Malang mengadakan seminar Full Day School pada hari Senin, 6 Maret 2017 di Aula SMPK Santa Maria II mulai pukul 12.00 WIB bersama narasumber sekaligus anggota tim penggagas Full Day School yakni Profesor Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Seminar itu selain diikuti semua guru SMPK Santa Maria II juga melibatkan perwakilan dari sekolah lain di antaranya SMAK Santa Maria, SMPK Santa Maria I, SDK Santa Maria I dan III dengan jumlah 65 peserta.
Seminar di mulai pukul 13.15 WIB dengan doa pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya serta sambutan dari kepala SMPK Santa Maria II Sr. M. Dorothea, SPM. Pada sambutannya mantan kepala SMPK Mater Dei Pamulang tersebut berharap melalu pemaparan narasumber para peserta seminar yang mengangkat tema Pencerahan Implementasi Full Day School dan Pendidikan Karakter tersebut semakin memahami secara mendalam bagaimana jika FDS diterapkan di masing-masing unit karya baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA.

Menurut narasumber, gagasan FDS merupakan bentuk jawaban dengan fenomena dunia pendidikan yang malah menunjukkan maraknya perilaku yang bertentangan dengan karakter yang konstruktif dengan periatiwa tawuran remaja, gang motor, bullying, perbuatan kriminal yang melibatkan para pelajar. Sekolah adalah pihak yang tergugat dari fenomena yang improduktif tersebut. Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sebenarnya telah mengawali aktivitas pembentukan karakter melalui taman siswa, dengan penegasan makna pendidikan yakni sebuah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak, semua menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.

Pembentukan karakter peserta didik akan efektif jika melalui jalur strategi yang tepat, melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan, sepanjang waktu peserta didik tinggal di sekolah, dan adanya keterlibatan keluarga yang harmonis dan berkarakter. Pendidikan karakter perlu disiapkan perangkat pendidikan karakter dan pendidik serta tenaga kependidikan. Pada akhirnya semua perangkat itu akan mampu menjadikan peserta didik sebgai subjek pendidikan karakter dan selalu dilakukan evaluasi serta monitoring pelaksanaan pembentukan karakter tersebut. Adapun operasionalisasi tahapan pendidikan karakter adalah dengan merumuskan, menyiapkan perangkat material pendidikan karakter, menyiapkan pendidik dan tenaga kependidikan, serta melaksanakan pendidikan karakter.

Model pendidikan karakter dapat dilihat dari semua aktivitas yang melekat pada diri siswa contohnya religious, kedisiplinan, kreatif, demokratif, menghargai prestasi, social, tanggung jawab dan lain-lain. Menurut narasumber pembentukan nilai karakter ternyata efektif dengan FDS. Selain itu beliau juga menegaskan bahwa lama pembelajaran tidak serta merta mendukung prestasi belajar, keberhasilan belajar siswa tergantung strategi belajar siswa, lama belajar akan mengingkatkna prestasi belajar bilamana diikuti dengan strategi belajar yang efektif, bagaimana mengurangi rasa bosan dengan lamanya belajar, serta apakah menjadikan burukkaj kecerdasan/hubungan social anak didik dengan full day school?

Dalam menerapkan full day school harus diciptakan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan maksudnya bahwa pembelajaran harus berbasis aktivitas siswa secara berkelompok dengan model-model pembelajaran yang kreatif dari para guru. Suasana sekolah yang penuh kehangatan, disana haris ada pembelajaran dan pengasuhan, pertemanan, persaudaraan, kekeluargaan sehingga akan menentramkan hati siswa walaupun berada di sekolah. Guru memiliki multi peran, baik sebagai fasilitator, teman maupun menjadi orang tua yang dekat dengan siswa. Lingkungan fisik yang menyenangkan baik secara ekologis mapun sarana prasarana yang memadai serta peranan orang tua harus selalu hadir dalam diri siswa dan mengikuti pemantau fisik serta parenting pendidikan karakter anak.

Full day school menuntut manajemen yang memiliki sistematika yang jelas dan tegas. Adapun model menajemen FDS di antaranya model integrasi, yakni pembelajaran diberi tambahan alokasi waktu 07.00 -13.00 sehingga ada kesempatan untuk praktik dan menginternalisasi nilai-nilai karakter diri. Model blok siang hari adalah alokasi waktu sesuai dengan kurnas 07.00 -13.00, sedangkan proses internalisasi nilai-nilai karakter dilaksanakan pada siang hari sampai sore 13.00 -16.00. Model blok pagi dan siang adalah pembelajaran kurnas berada ditengah antara pagi hari 06.40 – 08.00 dan siang hari 14.00 – 16.00. Model terakhir adalah model blok pagi dan siang berkesinambungan maksudnya pembelajaran kurnas dilaksanakan pukul 08.00 – 14.00 proses internalisasi karakter dilaksanakn pagi 06.40 – 08.00 dan siang 14.00 – 16.00

Pada akhir seminar pukul 17.15 WIB, Bapak Ibrahim Bafadal menegaskan bahwa pelaksanaan FDS setiap sekolah harus menyesuaikan karakter dan kekhasan sekolah itu sendiri, sehingga FDS bisa selaras dengan visi misi sekolah. Beliua pun mempersilakan sekolah manapun untuk melihat secara langsung implementasi full day school di sekolah yang beliau kelola, baik dari TK, SD, SMP sampai SMA. Seminar tersebut ditutup dengan pemberian cindra mata dan tali asih dari pihak SMPK Santa Maria II yang diserahkan langsung kepada Bapak Profesor Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd oleh Sr. M. Dorothea, SPM.

SOSIALISASI EVALUASI AKHIR TAHUN PELAJARAN SISWA KELAS IX

Senin, 6 Maret 2017 sekolah mengundang para orangtua/wali siswa kelas IX untuk menyampaikan informasi agenda akhir kegiatan siswa kelas IX khususnya berbagai evaluasi yang akan dijalani oleh para siswa. Acara itu dimulai pukul 08.00 WIB di Aula SMPK Santa Maria II Malang. Menurut Ibu Theresia Damayanti selaku koordinator kurikulum, pertemuan dan sosialisasi ini sangat penting mengingat semua pihak baik sekolah maupun para oramg tua/wali siswa harus satu bahasa dalam mempersiapkan para siswa untuk bisa sukses dalam mendapatka nilai terbaik dalam semua evaluasi akhir baik ujian praktik, ujian sekolah dan yang terakhir ujian nasional.

Secara khusus pada pertemuan orangtua/wali siswa yang dilaksanaan bersamaan dengan kegiatan UTS bagi siswa kelas VII dan VIII serta UAS siswa kelas IX, Sr. M. Dorothea, SPM menginformasikan hasil simulasi ujian nasional yang berbasis komputer. “Sebagai kepala sekolah saya memberikan apresiasi yang besar kepada siapapun yang sudah mempersiapkan para siswa dalam menanggapi harapan kepala dinas pendidikan Kota Malang yang pada Ujian Nasional tahun 2017 ini berharap semua sekolah menggunakan USBK, khsusunya piahk Perkumpulan Dharmaputri dan para bapak ibu guru yang telah mempersiapkan baik sarana prasarana maupun teknis pelaksanaan simulasi UNBK tersebut”. “Sekarang tinggal bagaimana para orang tua/wali siswa memberikan motivasi agar para siswa kelas IX mampu mempersiapkan UN secara maksimal dengan indikator keberhasilan nilai UN yang membanggakan baik untuk orangtua/wali siswa maupun sekolah,” imbuhnya sebelum menutup sambutan beliau.

Selain informasi bidang kurikulum terkait dengan kriteria kelulusan dan agenda evaluasi akhir siswa kelas IX, Bapak Budi Daryono selaku koordinator acara rekreasi ke Bali juga menyampaikan perihal teknis terkait dengan kegiatan tersebut termasuk perkembangan dana yang telah disiapkan para siswa melalui kegiatan menabung. Beliau menginformasikan bahwa masih ada beberapa orang tua siswa kelas IX yang karena alas an tertentu tidak mampu untuk membayar baiaya yang dibutuhkan untuk ke Bali. Menurut guru olahraga tersebut, untuk mencari solusi permasalah tersebut beliau mengajak para orang tua siswa, khususnya yang memeliki rezeki yang lebih bisa memberikan donasi kepedulian berupa sumbangan sukarela. Terlebih semangat yang dimiliki oleh kegiatan rekreasi ke Bali adalah menciptakan pengalaman yang mengesankan dengan suasana kebersamaan, ungkap Bapak Budi Daryono mengakhiri pemaparan persiapan kegiatan rekreasi ke Bali pagi itu dalam pertemuan orang tua wali siswa kelas IX.

“Semoga dengan pertemuan ini para orang tua selain juga harus terlibat aktif khususnya dalam memotivasi anak-anaknya untuk menghadapi berbagai kegiatan evaluasi baik mealui ujian praktik, ujian sekolah maupun ujian nasional serta kegiatan akhir yakni rekreasi ke Bali dapat terlaksana dengan baik yang pada akhirnya akan tercapai semua tujuan itu demi kepentingan para siswa kelas IX,” ungkap Bu Anna setelah menandu acara pertemuan antara orang tua wali siswa dengan pihak sekolah.

MAKNA RABU ABU

Rabu, 1 Maret 2017 adalah hari pertama puasa umat Katolik atau yang lebih dikenal dengan sebutan Rabu Abu. Secara harfiah Rabu Abu adalah pemberian tanda di dahi umat Katolik. abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal atau tobat. Rabu Abu juga menjadi tanda dimulainya awal Pra-Paskah, periode pertobatan dan refleksi selama 40 hari untuk memperingati pencobaan dan pergumulan yang dihadapi Yesus selama periode yang sama di padang pasir.
Penggunaan abu juga sebenarnya telah disinggung sendiri oleh Yesus. “Seandainya mukjizat -mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu.” (Mat 11:21). Pada zaman sekarang ini umat Katolik menggunakan abu yang berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Malam Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar.
Pada hari Rabu Abu tersebut juga umat Katolik yang sudah berusia 18 hingga 60 tahun dan dalam keadaan sehat diwajibkan berpuasa selama satu hari, mereka hanya dibolehkan makan sekali dalam sehari. Puasa tersebut bertujuan agar umat Katolik bisa memperbaiki diri dan merenungi apa yang telah ia lakukan selama hidupnya dan mencoba dengan sungguh-sungguh untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Pada masa puasa dan pantang ini, umat Katolik tidak hanya dituntut untuk berpuasa dan berpantang, namun juga menjadi lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Adalah memprihatinkan jika kita hanya menjadi baik pada masa puasa dan pantang, dan kembali berbuat tercela atau jatuh ke dalam pencobaan seusai ritual suci tersebut. Memikul beban salib Kristus sendiri tidak hanya wajib dilakukan pada masa puasa dan pantang, akan tetapi juga harus dilakukan sepanjang hidup kita sebagai umat Nasrani. Sebagai umat Katolik kita dituntut untuk selalu berjuang bagaimana kehidupan kita semakin memiliki kualitas lebih baik dari hari ke hari.
Harus dipahami bahwa hidup itu adalah perjuangan. Dan di dalam berjuang mengarungi kehidupan ini, kita harus menghadapi berbagai pencobaan yang tidak kecil dan tidak sedikit. Oleh karena itu, kita sebagai umat Nasrani, terlebih umat Katolik, dituntut untuk selalu berusaha, berjuang dan beriman meski berbagai cobaan hidup datang mendera. Dengan berjuang di dalam kuasa nama Nya, niscaya tidak ada masalah yang tidak dapat dihadapi. Karena Tuhan tidak pernah memberikan cobaan kepada umat Nya yang lebih berat dari yang umat Nya mampu hadapi.
Marilah kita sebagai pelajar pada usia remaja ini terus untuk selalu berbenah diri khususnya dalam penyadaran sebagai orang yang beriman. Kita konkritkan semua itu sesuai dengan kewjiban dan tanggung jawab yang melekat pada diri kita saat ini yakni sebagai pelajar dan anak dari sebuah keluarga, dengan demikian kita akan mampu mengaktualisasi makna perjuangan dalam mengawali masa pra paskah di tahun ini yang mengangkat tema Keluarga Berwawasan Ekologis. Tema ini sangata dekat dengan diri kita , bagaimana pada usia remaja ini kita juga memiliki peranan dalam memperjuangkan lingkungan yang bermanfaat baik bagi alamsendiri maupun bagi sesama. Semoga dengan kehadiran dan peranan kita sebagai remaja Katolik semakin bis mewarnai dinamikan kehidupan ini, tentunya dengan harapan alam yang telah disediakan oleh Allah Bapa ini bisa kita rawat bahkan kita kembangkan untuk nilai-nilai kemanusiaan yang lebih universal. Akhir kata mari kita perjuangkan semangat membangun lingkungan ramah bermakna dengan wawasan ekologis.