Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendikia
Profesi menjadi guru saat ini sudah memiliki posisi kesejahteraan yang cukup “lumayan” terlebih guru yang punya predikat PNS, demikian juga sebagian guru ‘swasta’ yang sudah mendapatkan impassing. Kita ketahui bahwa guru memiliki peranan menghidupkan proses pembelajaran untuk membelajarkan siswa sesuai dengan talenta mereka. Proses ini tentu saja tidak terjadi begitu saja. Kita akan bisa berkomunikasi efektif apabila memiliki kompetensi pragmatik. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi (Yule, 1996). Ilmu ini membekali para guru untuk ’piawai’ menyampaikan pesan (baca-materi pembelajaran) yang bermakna bagi siswa. Ini berarti bahwa bahasa tutur guru bisa langsung dicerna siswa sebagai ’bahan baku’ siswa untuk berfikir, bertindak dan pada akhirnya akan mengalami perkembangan sebagai pribadi yang makin berkualitas
Para guru pada awalnya memilih profesi ini karena panggilan hidup, tipe guru ini adalah sang pengabdi, menjadi guru karena keterpanggilan, tidak peduli ada faktor ekonomi, digaji murah atau bahkan tidak, tidak peduli akan jabatan tertentu, tetapi menjadi guru adalah panggilan hidup untuk mengabdi, menjadi motor pembaharu, sang pencerah bagi siswa-siswanya, yang pantas digugu dan ditiru, tentunya. Kita sebagai bangsa membutuhkan tipe guru seperti yang terakhir dibicarakan, sosok guru pengabdi yang mau mengerti dan memahami keinginan siswanya, yang tut wuri handayani (ditengah memberi contoh dan keteladanan).
Memberikan teladan kepada para siswanya merupakan salah satu hal yang paling penting dalam pendidikan karakter. Sosok guru di manapun akan menjadi contoh bagi peserta didik, karenanya mereka memandang bahwa ia adalah kompas penunjuk jalan apabila tersesat. Seorang guru perlu menanamkan akhlak yang baik bagi muridnya, hal ini dapat dilakukan secara terus menerus seperti mengucapkam salam, menanamkan nilai-nilai kejujuran, berdoa di setiap memulai dan mengakhiri pekerjaan, membiasakan senyum, pembudayaan sikap santun, bersikap baik di dalam maupun di luar sekolah, bukankah bagaimana proses itu terbiasakan? Terlebih urgensi perubahan kurikulum 2013 lebih menitikberatkan pada pembentukan sikap dan karakter yang baik pada setiap proses pembelajaran.
Seiring berjalannya waktu, kiranya bangsa ini semakin memperhatikan nasib guru, meskipun masih banyak masalah di sekitar dunia guru yang belum teratasi, misalnya pemerataan guru, kompetensi guru dan kualitas para guru. Meskipun kesejahteraan para guru yang perlahan teratasi dengan sertifikasi guru, hal yang paling penting adalah bangsa kita membutuhkan sosok guru yang benar-benar digugu dan ditiru. Guru pengabdi penerang dalam gulita, yang berjasa tiada tara. Selamat Hari Guru…