Konseling Kelompok Trait And Factor Untuk Membantu Siswa Memilih Sekolah Lanjutan

Oleh: Theresia Sri Wahyuni, S.P.d, M.M. (Mahasiswa PPG Daljab Gelombang 2 Universitas Negeri Malang)

A.  Pendahuluan

Situasi siswa kelas IX SMPK Santa Maria II Malang Tahun Pelajaran 2023 – 2024 menunjukkan 56% orang membutuhkan informasi “ke mana setelah tamat SMP”. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas IX, ada beberapa faktor yang membuat mereka bingung, yaitu: bingung dengan minat dan potensi yang dimilikinya, bingung jika tidak diterima di sekolah favorit keinginan, bingung karena berbeda pendapat dengan orang tua dalam menentukan studi lanjut, dan bingung ajakan teman yang berbeda pilihan tujuan sekolah lanjutan. Padahal kegiatan layanan bimbingan karier telah dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan RPL yang dibuat dari hasil survei kebutuhan siswa.

Siswa sekolah menengah merupakan masa remaja yang mulai merencanakan keputusan-keputusan tentang masa depan (Desmita, 2009). Ada tiga faktor penghambat/yang membuat siswa belum berhasil dalam mengambil keputusan pemilihan karir yaitu keluarga, kelompok sebaya, dan masyarakat (Supriyo, 2008).

B.   Pembahasan

Tantangan yang dihadapi oleh guru BK dalam situasi yang dialami siswa kelas IX adalah siswa cenderung memilih tujuan sekolah lanjutan karena mengikuti teman, bukan karena melihat kemampuan/potensi yang dimiliki dalam diri. Esay ini akan mendeskripsikan best practice PPL Konseling Kelompok pada siklus 2 dengan menggunakan prinsip STAR. Tujuan penulisan best practice ini adalah mendeskripsikan pengalaman terbaik guru BK menerapkan teori Trait-Factor dalam koseling kelompok untuk mengambil keputusan karier.

Permasalahan pilihan studi lanjut di SMPK Santa Maria II tidak hanya dialami oleh satu orang. Untuk mengentaskan masalah ini dilaksanakan konseling kelompok. Aksi yang dilakukan guru BK untuk menghadapi tantangan tersebut dengan memberikan bantuan kepada para siswa yang membutuhkan untuk mengentaskan masalah yang sedang dihadapi dalam suasana kelompok (Prayitno, 2017).

Pendekatan Trait-Factor dipilih karena tujuan bimbingan karier di sekolah untuk membantu siswa memahami dan mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau menapak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan mengambil keputusan mengenai karier dimasa depan (Winkel dan Hastuti, 2010).

Refleksi hasil pada form evaluasi hasil menunjukkan 6 orang konseli memperoleh manfaat dan merasa senang yang sangat sesuai dari pemberian layanan. Dari 6 orang konseli, 2 orang sudah sangat sesuai dalam menentukan tujuan sekolah lanjutan. Sementara 4 orang konseli sudah sesuai.

Pada form evaluasi proses, konseli menjadi lebih yakin, paham, dan sadar bahwa untuk menentukan sekolah lanjutan perlu dipikirkan secara matang dan tepat, bukan ikut-ikutan teman. Sementara pada bagian perasaan positif, konseli merasa sangat senang, puas, bermanfaat, dan lega, karena dengan menuangkan ide, mereka dapat saling membantu satu sama lain, sehingga mendapat penguatan dari teman untuk menentukan tujuan sekolah lanjutan.  Proses inilah yang menjadi faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan

C.  Kesimpulan

Proses layanan konseling kelompok dengan topik menentukan tujuan sekolah lanjutan setelah lulus dari SMPK Santa Maria II Malang berjalan dengan sangat baik.

D.  Daftar Pustaka

  • Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
  • Prayitno. 2017. Konseling Profesional Yang Berhasil; Layanan dan Kegiatan Pendukung. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang. CV. Nieuw Setapak.
  • Winkel dan Hastuti, Sri. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.